Imigran Gelap dari Amerika Selatan Terkena Serangan Panas, 50 Tewas

Rabu 29-06-2022,06:44 WIB
Reporter : Doan Widhiandono
Editor : Doan Widhiandono

INILAH tragedi terburuk dalam kasus penyelundupan imigran di Amerika Serikat. Senin malam, 27 Juni 2002, di San Antonio, Texas, sebuah truk kontainer ditemukan di tepi jalan. Isinya, juga di sekitarnya, begitu mengerikan. Sekitar 50 tubuh sudah tanpa nyawa. Ditengarai, mereka terkena serangan panas di dalam kontainer yang tidak dilengkapi ventilasi memadai itu.

 

Jumlah korban memang belum jelas. Charles Hood, Kepala Pasukan Pemadam Kebakaran San Antonio, mengatakan bahwa yang meninggal berjumlah 46 orang. Lalu ada 16 orang dilarikan ke rumah sakit. Mereka terdiri atas 12 dewasa dan 4 anak-anak. Para korban itu berasal dari Meksiko, Guatemala, dan Honduras.

 

Tetapi, Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador mengatakan bahwa korban berjumlah 50 orang. ’’Ini bencana. Sejauh ini sudah ada 50 orang tewas: 22 dari Meksiko, tujuh dari Guatemala, dua dari Honduras, dan 19 lain masih belum jelas kewarganegaraannya,’’ ucap Obrador, Selasa pagi, 28 Juni 2022.

 

Menurut Agence France-Presse , insiden itu adalah yang terburuk dalam beberapa tahun terakhir. Dan lima tahun silam, kejadian serupa juga terjadi di San Antonio yang terletak 250 kilometer dari perbatasan Mexico. Ketika itu, 10 orang tewas. Kejadiannya persis. Mereka mati karena ventilasi udara yang buruk di dalam kontainer truk.

 

San Antonio memang menjadi jalur utama penyelundupan manusia. Kota itu dilewati jalan bebas hambatan yang langsung terhubung dengan perbatasan Meksiko. Dan saat ini, cuaca di kawasan gurun itu begitu panas. Suhu udara mencapai 39,5 derajat Celsius.

 

Menurut Hood, hawa di dalam truk seperti mendidih meskipun kontainer itu sejatinya adalah lemari pendingin untuk mengangkut makanan. Tetapi, pendinginnya tidak bekerja. Juga tidak ada jendela dan ventilasi udara. ’’Air juga tak ada,’’ kata Hood.

DOA BERSAMA para pastor dari Keuskupan Agung San Antonio, Texas, untuk para imigran gelap yang meninggal.-Sergjo Flores-AFP-

 

William McManus, Kepala Kepolisian San Antonio, mereka mendapat kabar pukul 17.50 waktu setempat (kemarin pagi WIB, Red). ’’Ada seorang pekerja bangunan di sekitar situ yang mendengar teriakan minta tolong,’’ ucap McManus. 

 

Pekerja itu mendapati kontainer itu setengah terbuka. Saat diintip, pemandangan horor langsung terjadi.

 

Dan insiden tersebut langsung jadi amunisi politik. Kata Gubernur Texas Greg Abbott, orang Partai Republik, yang salah adalah Presiden Joe Biden yang orang Demokrat itu. Menurut Abbott, Demokrat terlalu lunak dalam menjaga perbatasan. ’’Biden harus bertanggung jawab. Keengganan mereka untuk menegakkan hukum ternyata mematikan. Fatal,’’ ujarnya.

 

Dari Madrid, Spanyol, Biden yang sedang menghadiri KTT NATO langsung buka suara. Katanya, tragedi itu begitu mengerikan dan mengenaskan.

 

Sedangkan dari Jenewa, Swiss, PBB mengaku terusik atas tragedi tersebut. ’’Ini bukan kali pertama. Ini menandakan perlu penegakan aturan agar proses migrasi manusia berjalan dengan baik tanpa harus ada yang kehilangan nyawa,’’ kata Ravina Shamdasani, juru bicara PBB untuk Hak Asasi Manusia. (Doan Widhiandono)
POLISI MENJAGA areal di dekat truk maut yang masih berisi jenazah para imigran gelap di San Antonio, Texas.-SERGIO FLORES-AFP-

Kategori :