LETNAN Jenderal TNI (Purn) Prof Dr dr. Terawan Agus Putranto, SpRad(K) terus memegang teguh pesan bapaknya, "Ojo golek jenang, ndak jeneng-mu pliket. Goleko jeneng, ben jenange katut." Yang artinya: Jangan mencari jenang, karena akan membuat namamu tercemar. Carilah nama baik, nanti jenangnya akan didapat dengan sendirinya.
Jenang, Anda sudah tahu, adalah dodol –meski sebenarnya sedikit berbeda. Jenang biasanya lebih lembek, lebih basah, dan lebih berminyak ketimbang dodol. Sedangkan jeneng, merupakan bahasa Jawa untuk nama. Jenang dan jeneng mirip-mirip pelafalannya.
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Ketua Apindo Hariyadi Sukamdani: Qie Er Bu She
Tentu, Anda juga sudah paham maksud dari wejangan ayahnya mantan menteri kesehatan Indonesia tersebut. Bahwa, kalau reputasi yang diperjuangkan, segala kenikmatan akan ikutan diperoleh. Tapi, jika kenikmatan (baik berupa kekuasaan maupun kekayaan) yang dinomorsatukan, justru nama kita akan rusak dan akhirnya tidak dapat apa-apa.
Makanya, konfusius pernah berujar, ”君子疾没世而名不称焉 jūn zǐ jí mò shì ér míng bù chēng yān” (orang yang baik budinya akan khawatir namanya tidak dikenang baik setelah meninggal).
Sebaliknya, untuk mendapatkan nama baik, masih menurut Konfusius dalam kitab Zhongyong (中庸), harus diawali dengan memperbaiki budi (大德 dà dé). Baru, bila budinya sudah baik, setelahnya "pasti akan mendapatkan jabatannya, pasti akan mendapatkan gajinya, pasti akan mendapatkan nama baiknya, pasti akan panjang umurnya" (大德必得其位,必得其禄,必得其名,必得其寿 dà dé bì dé qí wèi, bì dé qí lù, bì dé qí míng, bì dé qí shòu).
Tak heran, ajaran Tiongkok klasik selalu menekankan pentingnya "砥行磨名" (dǐ xíng mó míng): memperbaiki budi pekerti, mengukir nama baik. Persis yang dipesankan papanya dr. Terawan tadi. Sebab, kata filsuf Mo Tzu 墨子, "名不可简而成也,誉不可巧而立也" (míng bù kě jiǎn ér chéng yě, yù bù kě qiǎo ér lì yě): nama baik tidak mudah diraih, kehormatan tidak akan didapat dari menipu. (*)