Tidak ada rutinitas yang baru baginya selama lima tahun. Namun, Takeyama sudah betah tinggal di Jakarta. Hingga pada Mei 2017, ia menerima ajakan dari rekan kerjanya. “Orang kantor ingin ke Gunung Ijen. Mereka mengajak saya karena nggak bisa berbahasa Indonesia,” ucapnya lantas tertawa.
Itulah momen pertama perjumpaan Takeyama dengan panorama gunung di Indonesia. Ia takjub oleh blue fire Gunung Ijen. Juga tentu saja keindahan gunung-gunung di sekitarnya.
Meski baru kali pertama naik gunung, Takeyama tidak punya ketakutan apa pun. Secara mental sudah siap. Ia juga kaget bahwa fisiknya masih kuat.
Keindahan yang disaksikannya di Gunung Ijen membuat Takeyama ketagihan. Sepulang dari sana, ia mencari informasi di internet. Memburu gunung-gunung yang menyajikan keindahan yang sama.
Ia seperti orang yang sedang jatuh hati. Dan pilihan pertama hatinya jatuh pada Gunung Merbabu dan Gunung Merapi. Takeyama mendapat cukup banyak informasi di internet.
Sehingga ia pun menyiapkan fisiknya. Yakni dengan rutin treadmill hampir tiap hari. Juga mulai berburu perlengkapan mendaki. Tapi tidak terlalu rumit. Cukup membeli sepatu track, celana, jaket, dan topi.
Butuh persiapan 6 bulan sejak kepulangannya dari Ijen. Tepat pada November 2017, ia berangkat seorang diri ke Jakarta. Takeyama melalui jalur pendakian Selo, Kabupaten Boyolali.
FOTO KENANGAN Takeyama Ken-ichi di puncak Kenteng Songo, Merbabu, dengan latar belakang Gunung Merapi.-TAKEYAMA KENICHI UNTUK HARIAN DISWAY-
“Saya pakai jasa tour guide,” lanjutnya. Butuh waktu 2 hari 1 malam untuk sampai ke Puncak Kenteng Songo, Merbabu. Rupanya, panorama dari ketinggian 3.142 mdpl itu menggetarkan hatinya.
Betapa tidak, dari puncak itulah Takeyama bisa melihat puncak gunung-gunung lain di sekeliling Merbabu. Seperti Gunung Merapi, Sindoro, dan Sumbing. “Ijen sudah indah dan keren sekali. Ternyata Merbabu lebih keren lagi,” ungkapnya. (Mohamad Nur Khotib/bersambung)