PASURUAN, HARIAN DISWAY - Tak terhitung seberapa besar sumbangsih Sanggar Seni Dharma Budaya bagi Kota Pasuruan ataupun Indonesia. Mereka masih konsisten mencetak seniman-seniman tradisional baru di tengah gempuran modernisasi.
Sanggar yang berdiri sejak 1981 itu sedang berulang tahun ke 41. Peringatan itu digelar 31 Juli 2022 dihadiri oleh Wakil Wali Kota Pasuruan Adi Wibowo. “Di era yang serba modern ini keberadaan sanggar budaya seperti Sanggar Dharma Budaya ini sangat penting untuk menyeimbangkan kecanggihan teknologi. Supaya anak-anak masih mengenal tarian khas dan budaya," ucao Adi, di Rumah Makan Kurnia, Minggu 31 Juli 2022.
Sanggar tersebut mengembangkan seni tari klasik dan kreasi baru. Namun pijakannya tetap pada gaya Jawa Timuran. Mereka berkreasi di bidang seni tari, karawitan, pedalangan, serta campursari.
Sejak berdiri, sanggar bersifat terbuka bagi siapa pun. Tidak ada proses seleksi, peserta yang tidak dapat menari sama sekalipun diperbolehkan daftar. Sebab, tujuan utama sanggar adalah berkembang bersama.
Pengurus Sanggar Dharma Budaya berfoto bersama.-Lailiyah Rahmawati/Harian Disway-
Sanggar ikut andil untuk menjaga potensi budaya lokal Pasuruan dan Jatim. Demi menjaga kredibilitas sanggar dari tahun ke tahun, sanggar ini juga menjaga kualitas penari-penarinya sehingga sanggar kerap kali ditunjuk oleh Pemerintah Kota untuk mewakili di berbagai acara. Mulai dari tingkat provinsi hingga Internasional.
Sudah banyak seniman sukses jebolan Dharma Budaya. Dan yang terpenting, mereka masih menelurkan seniman-seniman baru setiap tahunnya.
Adi sangat berterimakasib ke Pak Parmin dan Ibu Intras, sang pendiri sanggar. Mereka sudah kenyang asam garam. Perjuangan merintis, mengembangkan, membangun eksistensi, mengkader, hingga menghasilkan prestasi ditempuh secara konsisten selama 41 tahun.
"Kalau usianya 41 tahun, berarti waktu saya masih 1 tahun, Pak Parmin sudah merintis sanggar ini," gurau Mas Adi.
Menurutnya, semua orang harus mengambil peran di bidang apapun. Terutama di era serba cepat dan tak terbatas ini. Budaya-budaya dari luar yang masuk tidak mungkin dapat disaring secara ketat.
Wilayah inilah yang disebut Mas Adi, memerlukan peran sanggar seni budaya. Selain untuk menyaring budaya-budaya dari luar yang positif untuk kemajuan kebudayaan Indonesia, juga untuk melestarikan seni budaya warisan leluhur, yakni seni tari.
"Seni juga alat diplomasi. Kesenian adalah media diplomasi paling efektif," kata Mas Adi.
Mas Adi menambahkan, sinergi dan kolaborasi dengan berbagai pihak seperti pemerintah, organisasi masyarakat, swasta, hingga media massa perlu untuk terus dijalin dengan baik.
"Dengan ilmu, hidup jadi mudah. Dengan agama, hidup jadi terarah. Dengan seni, hidup jadi indah," imbuhnya. (Lailiyah Rahmawati)