Sayangnya, pembawa acara upacara salah membacakan biodatanya. Gara-gara itu, sehari kemarin, Andike menjadi lima tahun lebih tua. Seharusnya Andike lahir pada 12 September 1976. Namun pembaca acara menyebut ia lahir pada 1971. Usianya menjadi 50 tahun atau hampir 51 tahun. Padahal, bulan depan ia baru berusia 46 tahun.
Tahun kelulusannya dari AAL juga salah sebut. Pembaca acara menyebut ia lulusan AAL pada 1993. Padahal, Andike lulus pada 1998. Hampir semua media pun mengutip data yang keliru itu. Wartawan memang mendapat data itu dari pihak Biro Pers dan Media Rumah Tangga Kepresidenan.
"Di media-media online saya lihat salah semua. Saya tambah tua," ujarnya lantas tertawa. Andike tak terlalu mempersoalkan. Bukan masalah besar baginya.
Andike termasuk prajurit TNI-AL yang penuh prestasi. Sederet tugas-tugas pentingnya yang langsung terjun ke masyarakat pernah ia rasakan. Pada awal masa pandemi lalu, tepatnya 4 Juni 2020, Andike menangani rapid test massal yang dilakukan oleh Lanal Kendari di Pelabuhan Wawonii, Kendari. Ia juga pernah menjadi tim seleksi calon bintara dan tamtama TNI AL Panda Lanal Kendari pada seleksi TNI AL 2020.
Tugas genting pun pernah ia jalankan. Andike bersama tim unit intel Mako Lanal Kendari sukses mengungkap adanya ancaman dari kelompok separatis di Kendari. Ia bersama Gegana Brimob Polda Sultra pernah memimpin operasi menyusuri berbagai daerah di Kendari pada 2021.
Andike juga menjuarai lomba menembak eksekutif yang diselenggarakan Kodiklatal TNI-AL dalam memperingati Hari Pendidikan ke-76 Angkatan Laut. "Semuanya berkat doa dan dukungan orang tua serta keluarga. Saya sampaikan terima kasih sebanyak-banyaknya,” ujar bapak tiga anak itu. (Mohamad Nur Khotib)