Antrean Sesaat Transportasi Publik

Senin 22-08-2022,05:00 WIB
Reporter : Mohamad Nur Khotib
Editor : Noor Arief Prasetyo

SURABAYA, HARIAN DISWAY- ANTUSIASME warga untuk menjajal bus Trans Jatim sangat tinggi. Itu terbukti dari antrean yang membeludak di Terminal Porong, Bungurasih, dan Bunder di Gresik. Juga, beberapa titik halte, baik Gresik maupun Sidoarjo.

Tentu antusiasme yang tinggi itu diharapkan konsisten berlangsung di kemudian hari. Dengan demikian, Trans Jatim benar-benar menjadi transportasi alternatif sehari-hari bagi warga. Dengan begitu, kepadatan kendaraan di jalan bisa berkurang.

”Tujuannya seperti itu. Selain itu, jumlah kecelakaan bisa berkurang,” ujar Kepala Dinas Perhubungan Jatim Nyono. 

Itu mengingat jumlah laka di wilayah aglomerasi Surabaya Raya sangat tinggi. Terutama pengendara motor yang mendominasi hingga 75 persen dari total laka.

Mengalihkan warga dari kendaraan pribadi ke transportasi publik memang menjadi PR yang menahun. Sebab, itu merupakan solusi terbaik untuk mengurai kemacetan. Terutama di Kota Surabaya.     

”Survei terakhir, 80 persen pengguna jalan adalah pengendara motor,” ujar co-founder Transport for Surabaya (TFS) Aditya C. Janottama kepada Harian Disway, Minggu, 21 Agustus 2022. 

Bahkan, pengguna transportasi publik di Surabaya hanya mencapai 4 persen. Itu pun termasuk pengguna jasa ojek dan taksi online.

Artinya, jumlah pengguna transportasi publik masih jauh dari harapan. Berbeda dengan kota metropolitan lain. Misalnya, DKI Jakarta yang punya Trans Jakarta. Di masa pandemi Covid-19 selama dua tahun, Trans Jakarta  bisa mengangkut 1 juta penumpang tiap hari.

Aditya juga membandingkan dengan kota-kota metropolitan di negara lain. Misalnya, Beijing dan Moskow. Di dua kota itu, katanya, memang masih ada kemacetan. Namun, sudah tak terlalu parah lantaran masyarakat sudah banyak yang memilih transportasi publik.

Nah, Kota Surabaya sebetulnya bisa meniru tiga kota besar tersebut. Tentu dengan fokus terhadap perbaikan fasilitas transportasi publik. Baik Trans Semanggi maupun Suroboyo Bus.

Caranya, harus lebih banyak lagi koridor dan rute yang disediakan. Yakni, disesuaikan dengan area-area publik yang sering diakses masyarakat. Termasuk ketersediaan halte di banyak titik. Misalnya, titik-titik terdekat dengan stasiun, terminal, sekolah, mal, atau instansi pemerintahan.

”Kalau sekarang kan banyak yang gak nyambung. Coba naik Suroboyo Bus dari Bungurasih ke Stasiun Waru. Jadwalnya gak jelas. Mau ke Stasiun Gubeng juga masih susah aksesnya,” keluh dokter muda yang juga pengamat transportasi publik itu.

Maka, pola mobilitas penumpang pun harus dibangun terlebih dulu. Itu butuh waktu puluhan tahun. Jika pola terbentuk, masyarakat akan memercayakan transportasi publik dalam kegiatan sehari-hari. Dari situlah, kemacetan akan terurai perlahan. 

Menurutnya, hingga kini hanya Trans Semanggi yang punya performa bagus. Jumlah penumpang harian cukup banyak. Bisa mencapai 3 ribu penumpang tiap hari. Paling banyak akses ke Surabaya Timur dan Barat.

Demikian pula dengan kehadiran Trans Jatim. Harus bisa diakses untuk mobilitas warga sehari-hari. Dan sebaiknya, aplikasinya diintegrasikan dengan Trans Semanggi atau Suroboyo Bus. ”Dengan begitu, kan bisa nyambung dan gak ribet,” jelasnya.


Bus Trans Jatim saat melenggang di jalan raya Sidoarjo 19 Agustus 2022.-Boy Slamet-

Kategori :