Mao Jia Cai membuka cabang di Surabaya. Sehari setelah pembukaan, restoran di Jalan Mayjend HR Muhammad itu mengundang Dahlan Iskan, founder Harian Disway untuk mencicipi beberapa menu khas asli Hunan, Tiongkok.
Dalam ruangan lantai tiga restoran Mao Jia Cai, Dahlan Iskan didampingi Dengzaojun, salah seorang owner Mao Jia Cai, serta Adi Suhartono, partner bisnis Dengzaojun. Tampak pula Andre So, chief business Harian Disway, Annie Wong, Chief Financial Harian Disway dan Tomy C Gutomo, Direktur Harian Disway. Sejak didirikan pertama kali di Jakarta pada 2009, Mao Jia Cai telah memiliki lima cabang di beberapa daerah. ”Restoran kami di Surabaya ini adalah cabang kelima. Sebelumnya, kami bertempat di Ruko Plaza Graha Famili. Sekarang pindah ke tempat ini,” ungkap Dengzaojun. Tak berapa lama, menu-menu dihadirkan di tengah meja berbentuk lingkaran. Mulai dari kerang batik, kepala ikan steam cabe asam, kerapu masak kuah pedas, seallop steam soun, sapi masak ceran, sapo soun dan ayam cabe.Dahlan Iskan bersama tim Harian Disway mencicipi menu khas Hunan, Tiongkok di Restoran Mao Jia Cai.
”Ini masakan asli Tiongkok semua ya?,” tanya Dahlan pada Dengzaojum dan Adi. ”Betul, Pak. Masakan Mao Jia Cai ini resepnya asli. Kami mengimpornya langsung dari Hunan, Tiongkok,” ujar Adi. Dahlan mengangguk lalu menimpali: ”Setahu saya ini restoran Hunan pertama di Surabaya.” Bumbu-bumbu dan berbagai bahan masakan lain, merupakan produk yang didatangkan dari Hunan. Termasuk soal rasa dan karakter aromanya. Masakan Hunan cenderung berasa pedas dan wangi. Itulah keistimewaan Restoran Mao Jia Cai. Bahkan tiga chef utama, langsung didatangkan dari Hunan. Demi menjaga keaslian rasa dan aroma tersebut. Menanggapi hal itu, Dahlan berkomentar; ”Rasanya benar-benar masih asli Tiongkok. Belum dimodifikasi dengan rasa Indonesia.” Bagi yang tak terlalu suka pedas, bisa meminta takaran rasa pedasnya. Bisa tidak pedas sama sekali atau sedang. Namun soal rasa, masakan khas Hunan tersebut tak asing dengan lidah orang Indonesia. Dari segi bumbu yang sebagian besar rempah-rempah, memiliki kesamaan pula dengan masakan ala Indonesia.
Menu makanan ringan turut disajikan dalam meja tersebut. Seperti swekkiao. Jajanan yang terbuat dari kulit pangsit berisi daging dan sayuran. Sekilas mirip seperti choipan dari Pontianak. Tekstur cekung dan tipis di bagian atas serta menggembung di bagian bawah. Penyajiannya pun dilengkapi dengan saus kecap asin. Adi mengambil sesendok daging sapi dalam menu kailan tumis daging sapi, kemudian meletakkannya di piring Dahlan. Founder Harian Disway tersebut mengapresiasi rasa dari menu tersebut. ”Enak,” ujarnya singkat. Ia tampak menikmati menu-menu Mao Jia Cai tersebut. Dalam pertemuan itu, mereka banyak berbincang seputar menu dan sejarah berdirinya restoran khas Hunan tersebut. Menu seperti kepala ikan steam cabe asam, memiliki bumbu sambal yang diletakkan di atas kepala ikan. Sambal tersebut dibuat dalam waktu tiga bulan, melalui proses fermentasi yang cukup panjang. Deng Xiao Fang, owner Mao Jia Cai, menyebutkan bahwa proses itu dilakukan demi memunculkan rasa sambal. ”Saya dan suami, melakukan observasi dan penelitian langsung di Hunan. Proses fermentasi itu juga dijalankan oleh para koki di sana. Sehingga rasa pedas, gurih dan aroma wanginya kuat,” ungkapnya.
Di Restoran Mao Jia Cai di Surabaya yang merupakan cabang kelima, ada sekitar 200 menu yang ditawarkan.-- Kesegaran ikan pun dijaga dengan baik. Karena itu Mao Jia Cai menempatkan beberapa ikan hidup di akuarium, di halaman depan. Ada kerang batik, lobster air tawar, lobster laut, keong macan dan sebagainya. ”Ikannya kami ambil langsung dari akuarium. Kalau ada yang habis, kami langsung beli,” ujar perempuan 42 tahun itu.
Suasana dapur terjaga kebersihannya. Di sudut barat terdapat ruangan pendingin. Berisi daging dan sayuran. ”Didinginkan dalam suhu minus 18 derajat Celcius," terangnya. Di sisi kiri pintu depan, terdapat kuali besar yang merupakan tungku penguapan. Menu-menu seperti kuali kodok pedas dimasak dalam kuali tersebut selama enam jam. ”Termasuk menu sup ayam kampung masak cong cao hua, yang kami sajikan untuk Pak Dahlan,” tambahnya. Menu sup ayam tersebut cukup istimewa. Karena mengandung bahan bunga cong cao hua, yang tumbuh di Hunan. Bunga tersebut memiliki khasiat herbal yang berguna bagi tubuh. Yakni menangkal virus, meningkatkan imunitas serta memberi kesegaran. Dipadu dengan kandungan daging ayam yang bermanfaat untuk mengobati flu atau demam.
Bahan yang dipadukan dengan bahan Nusantara adalah menu seperti kuali kodok pedas. Makanan itu ditambahkan bahan petai. ”Di Hunan tidak ada petai. Jadi kami membelinya di sini. Tambahan tersebut untuk memasukkan unsur cita rasa Nusantara,” ujarnya. Proses memasak makanan halal dan non-halal pun dibuat secara terpisah. Dapurnya pun berbeda. Bahkan peralatan masak serta kompor juga dibuat terpisah. ”Jadi jangan khawatir. Makanan yang halal pun benar-benar kami jaga kehalalannya,” tuturnya. Restoran Mao Jia Cai didirikan oleh Surya Halim, suami Deng Xiao Fang pada 2009. Ia beberapa kali mengunjungi Hunan hingga bertemu istrinya tersebut.
Dari kunjungan ke Hunan, Surya begitu tertarik dengan kuliner khas kota tersebut. ”Karena rasa masakan tidak terlalu berbeda dengan rasa masakan Nusantara. Namun punya karakter khas. Apalagi soal gizi. Atas alasan itu, serta untuk memperkenalkan kuliner asli Hunan, saya mendirikan restoran ini,” ujar pria 56 tahun itu. Cabang Mao Jia Cai di Surabaya tersebut menempati bangunan tiga lantai. Selain areal makan, terdapat tujuh ruang di lantai dua dan tiga, yang dapat dimanfaatkan untuk karaoke dan bersantai. Termasuk ruang yang digunakan oleh Dahlan di lantai tiga. Secangkir teh krisan dihidangkan di meja tersebut. Teh berbahan bunga krisan, tanpa gula. Minuman tersebut adalah salah satu menu andalan Mao Jia Cai. Dahlan mencicipinya seteguk dan tersenyum. Teh herbal itu disajikan dalam teko berwarna emas. (*)