"Jadi jika masyarakat banyak memersepsikan barongan sebagai kawasan angker, tempat tinggal genderuwo dan sebagainya, tim Pengmas UK Petra justru berhasil menyulap kawasan tersebut menjadi pasar yang apik dan epik. Demi mewujudkan semua itu, tim Pengmas berkoordinasi dengan aparat desa setempat dan warga. Untungnya banyak yang antusias untuk mengikuti pembinaan dan pemetaan,” tambahnya.
Termasuk ketika melibatkan 10 UMKM yang berdagang produk kerajinan atau craft. Kuliner ada 30 UMKM yang bergabung. Semua UMKM itulah yang didampingi Pengmas UK Petra. "Kami tak hanya bekerja sesaat hanya untuk mendirikan pasar. Sampai hari ini kami masih melakukan pendampingan,” ungkapnya.
Misalnya, jika UMKM yang produknya kurang laku, tim UK Petra akan melakukan evaluasi. Seperti pada produk kuliner yang kurang laku, tim membantu solusinya. "Mungkin dari segi bumbunya kurang lengkap atau tampilan dan kemasan kurang menarik. Kami dorong terus agar kreatif berbenah,” terangnya.
Sebagai pasar yang berbeda, maka market yang hendak dibangun Pasar Barongan bukan market layaknya retail modern. "Terkait pembinaan UMKM tadi, tim Pengmas UK Petra ingin agar produk yang dijual di Pasar Barongan adalah produk alami. Kain tenun atau batik, misalnya, harus dibuat dari pewarna alam. Bukan pewarna sintetis atau print," terangnya.
Transaksi yang dilakukan di Pasar Barongan dilakukan dengan menggunakan keping bambu.
Produk kuliner pun begitu. Para UMKM diharapkan hanya menjual makanan yang tak mengandung pengawet, MSG serta pewarna makanan. “Jadi higienitasnya kami jaga. Penyajiannya juga dengan cara tradisional. Dibungkus daun. Tidak menggunakan plastik. Harus ramah lingkungan,” ungkap Kepala Pengabdian Masyarakat UK Petra itu.
Digelar lagi pada 4 September mendatang, pasar semacam itu memang bukan satu-satunya di Indonesia. Di Jawa Tengah terdapat beberapa pasar serupa yang mengusung konsep pasar tradisional. Bedanya, Pasar Barongan hanya menjual produk-produk dari bahan alami serta suasana khas barongan yang asri.
Diharapkan Pasar Barongan menjadi potensi wisata baru di Kabupaten Jombang. Ke depan, Lintu berharap pasar ini dapat menjadi role model munculnya pasar-pasar serupa di berbagai daerah. “Selain berkontribusi untuk UMKM, kami ingin membangkitkan kembali memori masa silam. Pasar tradisional yang benar-benar tradisional,” pungkasnya. (*)