Sementara kedai yang belum memasang QR Code di antaranya Warkop Cak Dul. Lokasinya berada tepat di sebelah selatan gedung parkir sepeda motor mahasiswa UNAIR. ”Ini buku tentang apa?,” tanya Maimunah, penjaga warkop.
Kepadanya, salah seorang peserta PIKMEN 2022 menerangkan bahwa buku itu terdapat banyak materi untuk memajukan usaha. Mulai dari cara berkolaborasi dengan platform digital, promosi melalui tiktok, instagram, dan lain-lain serta pembuatan NIB atau Nomor Induk Berusaha. ”Saya kira ini buku cara pinjam uang ke bank,” gurau Mufidatun Nisa, putri Maimunah.
Sebagai Gen-Z, Nisa ternyata Nisa tahu tentang Qris dan teknik promosi sosial media. Cuma dia belum mengetahui cara pembuatan Qris. Saat itulah buku yang dibagikan peserta PIKMEN 2022 itu berguna. ”Eh mudah ya. Cuma mendaftar ke bank yang menyediakan Qris,” tambah perempuan 20 tahun itu.
Kepada pemilik UMKM Dapur Cantik di kawasan Gubeng Airlangga yang dikelola Lala, Wulan Oktiana Herlina sempat menganilisis produk yang dijual. Menurutnya produk kulinernya enak dan pas sebagai kudapan yang disukai anak muda.
Kelompok 19 PIKMEN 2022 yang menyerbu kawasan Indrapura.
Namun Lala disarankan untuk bekerja sama dengan platform pemesanan makanan daring. ”Biar pasarnya lebih luas ya Mbak Lala. Sebab banyak UMKM yang sukses karena kebanjiran order dengan pemesanan lewat daring,” saran perempuan 18 tahun itu kepada Lala.
Selain melakukan penyuluhan pada para UMKM, mahasiswa-mahasiswa baru itu turut membeli produk-produk mereka. ”Semua peserta ikutan beli. Jadi para mahasiswa enggak hanya memberi motivasi saja tapi juga ikut membantu pelaku UMKM dari segi penjualan,” ungkap Dzulian.
Dengan cara itu, para pelaku UMKM kebanjiran rezeki. Seperti beberapa orang yang berjualan di Pasar Karang Menjangan. Utamanya para pedagang minuman dingin.
Peserta PIKMEN 2022 foto bersama saat menjalani kegiatan orientasi di area sekitar kampus.
Bahkan tak hanya dibeli untuk mahasiswa sendiri. Mereka mengumpulkan hasil pembelian itu untuk dibagikan kepada masyarakat umum seperti petugas kebersihan, tukang becak, pemulung dan lain-lain. ”Ini kepedulian kami terhadap masyarakat kecil. Para mahasiswa baru harus belajar untuk berkontribusi bagi masyarakat,” ujar mahasiswa 21 tahun itu.
Kegiatan itu tuntas pada pukul 11 siang. Mereka kembali ke kampus untuk ishoma. Terasa kerukunan terjalin. Baik antara panitia sebagai kakak tingkat dan para mahasiswa baru. ”Kegiatan orientasi ini kami harapkan makin melekatkan kebersamaan di antara sesama warga FEB UNAIR,” tegas Dzulian. (*)