JERMAN, HARIAN DISWAY - Perjalanan ke Berlin mengawali Europe Trip saya sekeluarga. Rencananya, saya, suami, dan dua anak menjelajah empat negara. Setelah Jerman, ke Hungaria, Austria, lalu ke Ceko. Semuanya di Central Europe. Yuk ke Negeri Panzer dulu.
Arak-arakan awan tampak menggantung di langit biru. Sore itu, sekumpulan awan putih menyambut kedatangan saya di kota ini. Berlin namanya.
Saat itu, Kamis, 14 Juli 2022 lalu, ibu kota Jerman sedang terang benderang sekali. ”Anas, anas,” kata anak bungsu kami, Hamzah Alexander Nordika. Maksud bocah berusia dua tahun itu panas. Berlin memang sungguh panas. Benar-benar what a sunny day.
Beberapa teman saya yang tinggal di Jerman sudah mengingatkan tentang teriknya matahari. Maklum, musim sedang summer. Tepatnya musim panas itu berlangsung dari bulan Juni, Juli dan berakhir di bulan Agustus.
Seperti biasanya, cuaca yang terjadi di Jerman biasanya berubah-ubah dari waktu ke waktu sesuai dengan waktu musim yang sedang berlangsung pada saat itu. Jika perjalanan kami sekeluarga berlangsung pada musim panas, maka pada bulan Agustus adalah waktu-waktu terakhir dari musim panas.
Tapi okelah. Meskipun panas sekali toh tetap tak menghentikan langkah kaki menikmati Negero Panzer. Kami menjelajahinya bermula dari Bandara Tallinn di Estonia. Dari negara kami berdomisili karena suami sedang menempuh studi.
Dari Tallinn, kami menaiki maskapai budget.
Tepat pukul 14.25, kami menuju Berlin. Perkalanan ditempuh dua jam saja. Pesawat kami sampai di Bandara Berlin Bradenburg pada sore hari. Dari airport, transportasi umum sudah bersedia. Enaknya, akses transportasi publik di Negeri Panzer itu terkoneksi dengan apik.
Sebuah kereta nomor S9 arah Alexanderplatz mengantar tujuan pertama kami di Berlin yakni tempat penginapan. ”Clek, clek, clek,” terdengar suara syahdu dari roda kereta yang beradu dengan rel.
Rencananya, empat buah tas ditaruh dulu di akomodasi. Setelah agak ringan, barulah kami melanjutkan perjalanan.
Usai menaruh barang, kami menuju Alexanderplatz. Inilah alun-alun paling ramai dan populer di Kota Berlin.
Kami berempat di depan monumen paling fenomenal di Berlin. Apalagi kalau bukan Brandenburg Gate. Bangunan ini banyak menghiasi berbagai postcard dari Jerman.
Sesampainya di sana, alunan suara sepasang penyanyi langsung terdengar. Tapi, bahasanya tidak kami mengerti. Sepertinya bukan Bahasa Jerman.
Benar, pelantun lagu itu dari Ukarina. Tas gitar di samping mereka menunjukan asal para pendendang tersebut.
Tidak menunggu lama, kami kembali menelusuri Alexanderplatz. Tampak menara tinggi seperti menembus langit. Namanya Fernsehturm. Sebuah menara TV terkenal. Kalau naik ke menara ini, kita bisa melihat Berlin dari ketinggian. ”Kaya jarum pentul ya,” celetuk saya bercanda kepada suami.
Di seberang menara, sudut mata kami menangkap monumen lain yang menarik. Dari hasil terawangan, tampak besi berkelindan dengan bola-bola atom di dalamnya. Terlihat ada nama-nama kota di dunia. Eh ada Jakarta. Juga kota lain seperti Los Angeles, Tokyo, Sydney, Vladivostok, sampai Ulan Bator.
Alexanderplatz, sebuah alun-alun paling ramai dan populer di Kota Berlin.