Semuanya adalah monumen jam kota-kota di dunia. Di situ, kita bisa melihat jika di Jakarta tengah jam sekian atau jam berapa di Los Angeles.
Wah, tidak terasa waktu sudah menuju malam hari. Tapi Alexanderplatz tetap ramai.
Saat musim panas begini, matahari bersinar terang hingga pukul 21. Para warga dan turis menikmati waktu bersama. Ada yang sedang makan di restoran. Belanja di swalayan. Atau hanya sekedar berjalan dan mengambil foto seperti kami.
Ingat, kita mesti hati-hati. Banyak tram yang melewati daerah ini. Karena itu, seringlah menengokkan kepala. Apalagi sedang banyak perbaikan jalan di Berlin. Beberapa bagian jalan tutup.
Monumen jam kota-kota di dunia. Di situ, kita bisa melihat jika di Jakarta tengah jam sekian atau jam berapa di Los Angeles.
Selain itu, katanya ada copet di Berlin. ”Di Berlin sering dapat cerita banyak yang dicopet atau kehilangan. Jadi tas dan barang berharga harus terus dalam pengawasan,” ujar Mardha, seorang kawan yang berdomisili Jerman.
Tidak lama, kami lanjut jalan-jalan ke monumen paling fenomenal di Berlin. Apalagi kalau bukan Brandenburg Gate. Bangunan ini menghiasi berbagai postcard dari Jerman. Kami bersyukur bisa melihatnya langsung. Sebenarnya, sang gerbang terlihat kecil dari kejauhan.
Namun, semakin dekat, kami bisa melihat kemegahannya. Tampak pilar besar berjajar dengan patung kuda-kuda menjaga dari atap. Para kuda ini disebut quadriga. Perlambang kereta para dewa.
Oh ya, Napoleon, Kaisar Perancis pernah nyolong quadriga itu lho. Saat kalah perang, patung kereta kuda tersebut dikembalikan.
Bukan hanya menawan hati Napoleon, sejak dibangun abad 18, Bradenburg Gate mengundang jutaan orang untuk datang. Saya juga baru merasakan kenapa tempat ini menjadi magnet banyak orang. Datang menjelang senja hari menambah keindahannya.
Ketika kami datang pukul 20, lampu-lampu di benteng sudah mulai dihidupkan. Gerbang ini pun menjadi berwarna kuning keemasan. Terang dan bercahaya.
Uniknya, deretan mobil mewah berjajar di depan gerbang. Mobil siapa, milik pribadi atau taksi, kami kurang mengerti. Hanya, kehadiran mereka menambah kesan agung Bradenburg Gate.
Puas menikmati Bradenburg Gate, keluarga kami melanjutkan perjalanan. Menuju tempat bersejarah lain di Berlin. Reichstag Building. Sebuah monumen yang dulu menjadi gedung parlemen. Sekarang di gedung ini ada sebuah dome atau kubah kaca. Dari atap kubah ini kita bisa melihat pemandangan kota.
Reichstag Building. Sebuah monumen yang dulu menjadi gedung parlemen. Ada dome atau kubah kaca yang dari atapnya kita bisa melihat pemandangan kota.
Masuk kubah gratis. Tapi, harus registrasi beberapa pekan sebelumnya. Sayang kami tidak mendapat slot karena telat mendaftar. Meski begitu, kami tetap menikmati Reichstag dari halamannya. Banyak warga Berlin menghabiskan waktu di sini.
Asyik jalan-jalan, tidak terasa malam sudah tiba. Pantas cuaca menjadi makin dingin. Kami langsung mencari bus atau tram menuju penginapan. (Oleh Munir Al Shine: Ibu dua anak, diaspora Indonesia yang tinggal di Estonia)
Menuju kota tempat Raden Saleh belajar melukis di Eropa, baca selanjutnya…