Wajah Transportasi Publik Surabaya Tahun Depan: Berharap MRT Bukan Sekadar Wacana

Kamis 08-09-2022,08:41 WIB
Reporter : Mohamad Nur Khotib
Editor : Tomy C. Gutomo

Kemacetan jalan Kota Surabaya disebabkan oleh membeludaknya kendaraan pribadi. Warga sulit beralih ke transportasi publik. Padahal, moda transportasi yang lebih canggih sudah ada: Suroboyo Bus maupun Trans Semanggi Surabaya.

--

MINIMNYA serapan transportasi publik itu berbuntut pada banyak sebab. Mulai dari durasi headway yang tidak konsisten hingga jumlah rute yang sedikit. Sehingga transportasi publik itu tak bisa diandalkan.

Pemkot Surabaya kembali mematangkan rencana pengadaan transportasi baru: Mass Rapid Transit (MRT). Kini, masih dalam pembahasan bersama Kementerian Perhubungan. Juga melibatkan pakar transportasi dari berbagai perguruan tinggi.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadai pun menegaskan bahwa MRT memang transportasi publik masa depan yang ideal bagi warga Kota Surabaya. Baik yang rel atas atau bawah. “Kalau yang bawah tentu biayanya lebih besar,” ujarnya beberapa waktu lalu.

Prinsipnya, MRT itu diharapkan mampu mengangkut massa dalam waktu yang cepat. Dan kelak, stasiun MRT diharapkan bisa dikelola oleh pemkot sebagai operator. Sehingga bisa memberi subsidi biaya tiket.

Sebetulnya, rencana pembangunan MRT itu sudah sejak 2015 silam. Namun terbengkalai karena beberapa hal. Terutama soal anggaran yang begitu besar. Pada 2015 lalu, pembangunan MRT diperkirakan tembus Rp 8 triliun.

“Kemungkinan pembangunan dimulai tahun depan. Kami akan review dulu agar tahu biayanya,” ujar Sub Koordinator Angkutan Jalan dan Terminal Dishub Surabaya Ali Mustafa kepada Harian Disway, Rabu, 07 September 2022. 


UROBOYO Bus yang nyaman belum bisa diandalkan karena keterbatasan rute.-Cynthia Dara-Harian Disway-

Saat ini, rencana itu sedang dalam tahap kajian ulang. Sebab, dokumen MRT yang lama perlu diperbarui. Harus dihitung secara menyeluruh. Terutama mengenai dampaknya. Seberapa efektif bisa mengurangi kemacetan.

Begitu juga dengan rute yang akan dibangun. Harus memenuhi studi kelayakan. Itu menyangkut pergeseran tata ruang kota, termasuk posisi rel.   

Sebab, tak mungkin menggunakan jalur lama lantaran akan berbenturan dengan jalur transportasi saat ini. Sementara jika dibangun di median jalan jelas mengorbankan taman.

Yang tak kalah penting adalah pengadaan subsidi. Agar MRT bisa terjangkau oleh masyarakat luas. Jangan sampai MRT sudah beroperasi tetapi sepi penumpang karena ongkosnya yang mahal.


ANGKUTAN umum atau lyn menunggu penumpang di terminal Intermoda Joyoboyo.-Afdholul Arrozy-Harian Disway-

Sehingga, biaya pengeluaran mobilitas masyarakat dalam menggunakan transportasi pribadi juga harus menjadi pertimbangan. MRT harus bisa menghemat. Jika tidak, maka otomatis masyarakat akan tetap bertahan dengan pola yang lama.

“Dokumennya memang cukup lama. Kita update dulu. Terutama soal seberapa demand dan biayanya, karena beberapa waktu belakangan inflasi naik, BBM juga naik. Itu pengaruh juga,” tambah Ali. 

Kategori :