Bapak Wushu Indonesia IGK Manila dan 30 Tahun Perjuangan

Senin 19-09-2022,18:04 WIB
Reporter : Alva Reza
Editor : Salman Muhiddin

Tambur telah dipukul. Suara bertalu-talu itu menjadi pertanda Kejuaraan Nasional Wushu Piala Presiden RI 2022 telah resmi dibuka pada Sabtu, 17 September 2022 malam. Senyum Bapak Wushu Indonesia Mayjen (Purn) I Gusti Kompyang (IGK) Manila mengembang. Ada banyak sekali bibit wushu yang ikut bertanding. 

--

“Kader junior-junior inilah harapan saya. Kalau yang senior kan, nanti mereka pasti menikah. Kita tidak bisa menghalangi itu,” ungkapnya usai kegiatan seremoni di Graha Unesa Surabaya. Ada 450 atlet yang berlaga di Kejurnas. Tersebar di 21 Provinsi. Sedangkan khusus untuk Jatim Open terdapat 196 peserta yang ikut.

Ia makin memantau perkembangan para atlet wushu belakangan ini. Menurutnya, kualitas mereka tak akan meningkat tanpa adanya kompetisi. Karena itulah, Kejurnas Wushu ini menjadi ajang mengasah kemampuan sekaligus menambah jam terbang para atlet.  

Pria kelahiran 8 Juli 1942 yang menjabat sebagai dewan hakim itu mengharapkan, Kejurnas Piala Presiden itu bisa jadi ajang pemanasan sekaligus mencari bibit untuk kejuaraan Internasional. ”Nanti kejuaraan dunia bulan Desember, dunia akan melihat kita. Bisa tidak kita sebagai tuan rumah yang baik. Bisa nggak kita mendapat prestasi yang baik,” pungkas pendiri wushu di Tanah Air tersebut.


Senyum mengembang dari Bapak Wushu Indonesia I.G.K Manila usai meberikan piagam dan medali untuk atlet-atlet junior Wushu yang bertanding di Surabaya, Minggu 18 September 2022.-Miftahul Rozaq/Harian Disway-

Manila adalah Ketua Umum pertama Pengurus Besar Wushu Indonesia (PBWI) yang berdiri di Hari Pahlawan 10 November 1992. Dua bulan lagi usia PBWI genap 30 tahun. 

Tak mudah mengawali pembibitan wushu kala itu. Pegiat wushu harus menembus sentimen dan stigma orde baru terhadap budaya dan tradisi Tionghoa yang masih terasa kental. 

Kala itu Manila harus menyiapkan pembinaan dan pengembangan atlet untuk SEA Games 1993 di Singapura. Indonesia butuh tambahan medali dengan pengembangan cabor.

Dalam waktu singkat, pria yang pernah menjadi Manajer Persija Jakarta itu harus membuat beragam tur dan sosialisasi untuk menggelar kejuaraan wushu di 27 provinsi.

Kendala terbesar kala itu adalah persiapan yang mepet dan dana. Indonesia belum punya pelatih dan perlengkapan wushu berstandar internasional.

Manila yang saat itu berpangkat kolonel dari satuan intelijen Corps Polisi Militer (CPM) mengadu ke Cendana atau kediaman Presiden Soeharto.  

Dikutip dari Historia.id, Manila dikenal Soeharto sebagai komandan Operasi Ganesha dan manajer timnas PSSI di SEA Games 1991. Soeharto juga tahu gagasan dari KONI untuk mengembangkan wushu yang dijalankan Manila. 

Dia menganggap wushu bisa jadi sarana persahabatan yang lebih erat setelah pemulihan hubungan RI-Tiongkok, Agustus 1990.

Soeharto memberi solusi singkat pada Manila. Ia diminta menghubungi “Gunung Sahari!”.  Yang dimaksud Soeharto saat itu adalah kediaman konglomerat Tionghoa kenalan dekat Soeharto bernama Liem Sioe Liong alias Sudono Salim yang beralamat di Jalan Gunung Sahari, Jakarta.

Kategori :