SURABAYA, HARIAN DISWAY- NASIB beasiswa pemuda tangguh SMA/SMK/MA masih tak menentu. Sebab, serapannya masih jauh dari target. Dari kuota sebanyak 13.415 siswa, belum ada 10 persen yang dinyatakan lolos.
Beasiswa tersebut sudah dibuka Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi sejak 17 Juni. Durasi pendaftaran pun diperpanjang berkali-kali. Pada gelombang pertama, dibuka hingga 24 Juni dan jumlah pendaftar mencapai 5.000 siswa.
Setelah diverifikasi, ternyata yang lolos hanya 1.421 siswa. Dan hasil akhirnya, cuma 820 siswa yang mendaftar ulang. Lantas, kuota diperpanjang hingga 8 Juli. Kuota pun masih belum terserap maksimal.
Hampir tidak ada perubahan jumlah penerima. Akhirnya, dibuka pendaftaran gelombang kedua pada 22 Agustus hingga 7 September 2022. Yang terjadi pun sama. Kuota tak terserap dengan baik.
Akhirnya, Disbudporapar Surabaya sebagai penyelenggara memperpanjang masa pendaftaran lagi hingga pada 14 September. Tercatat sekitar 3.000 pendaftar saat ini sedang diproses verifikasi.
”Beasiswa tahap pertama segera dicairkan bulan ini,” ungkap Kepala Disbudporapar Surabaya Wiwiek Widayati, Selasa, 22 September 2022. Yakni, untuk 820 siswa yang sudah lolos verifikasi.
Mereka akan menerima bantuan dana pendidikan sebesar Rp 200 ribu per bulan dan seragam sekolah. Dana bulanan itu terhitung cair sejak Agustus hingga Desember nanti.
Menurut Wiwiek, minimnya serapan itu disebabkan satu kendala. Yakni, kesulitan unruk memverifikasi data. Lantaran, data yang diinput para pendaftar kerap kurang lengkap.
Pendaftaran gelombang kedua itu tidak akan diperpanjang lagi. Disbudporapar melakukan langkah lain. Rencananya, dilakukan pendataan langsung untuk verifikasi ke sekolah-sekolah.
Beasiswa pemuda tangguh Surabaya itu memang diprioritaskan bagi pelajar dari keluarga masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Wiwiek juga akan berkoordinasi dengan musyawarah kerja kepala sekolah (MKKS) SMA/SMK/MA. ”Kadang kami sudah dapatkan data juga dari MKKS. Sehingga kami akan turun ke sekolah biar lebih optimal,” terangnyi.
Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya Reni Astuti menganggap minimnya peminat beasiswa disebabkan sosialisasi yang belum menjangkau masyarakat luas. Itu sudah disampaikan kepada disbudporapar.
”Kemarin sudah rapat juga dengan badan anggaran. Pimpinan dewan minta disbudporapar untuk ’jemput bola’,” kata politikus Partai Keadilan Sejahtera itu. Yakni, mendatangi langsung setiap sekolah. Sehingga bisa mendata siswa SMA/SMK/MA.
Akhirnya, skema itu pun disepakati. Setiap petugas akan dijatah untuk mendata sejumlah siswa. Namun, tidak hanya untuk siswa yang berasal dari keluarga MBR. Tetapi, juga para siswa yang tergolong tidak mampu.
”Itu banyak sekali jumlahnya. Mereka memang tidak termasuk MBR, tapi sangat perlu bantuan,” ujar Reni. Bahkan, dia meminta disbudporapar mendirikan semacam hotline khusus untuk menerima laporan kalangan siswa kurang mampu.
Mengingat, jumlah serapan beasiswa masih sangat minim. Juga, batas pencairan tinggal tiga bulan lagi. Maka, upaya jemput bola itu harus segera dilakukan.