Pendaftaran Beasiswa SMA Diperpanjang Berkali-kali

Pendaftaran Beasiswa SMA Diperpanjang Berkali-kali

DUA PELAJAR SMA Untag memasuki halaman sekolah.-Miftakhul Rozaq-

SURABAYA, HARIAN DISWAY- BIASANYA, beasiswa selalu diburu para pelajar. Entah apa yang terjadi dengan Beasiswa Pemuda Tangguh untuk SMA/SMK/MA program dari Pemkot Surabaya. Sejak dibuka pada 17 Juni lalu, serapannya masih sangat minim.

Kuota yang disiapkan 13.415 siswa. Nyaris tiga bulan berlangsung, hanya ada 1.422 siswa yang dinyatakan lolos. Bahkan, dari jumlah itu, yang mendaftar ulang tidak sampai 900 siswa.

Durasi pendaftaran pun diperpanjang berkali-kali. Pada gelombang pertama, dibuka hingga 24 Juni. Karena serapan minim, akhirnya diperpanjang hingga 8 Juli. 


SISWI SMA Untag berkerumun setelah mereka pulang sekolah.-Miftakhul Rozaq-

Tapi, hingga perpanjangan berakhir, kuota pun masih belum terserap maksimal. Hampir tidak ada perubahan jumlah penerima. Akhirnya, dibukalah pendaftaran gelombang kedua pada 22 Agustus hingga 7 September.

Yang terjadi pun sama. Kuota tak terserap dengan baik. Akhirnya, Disbudporapar Surabaya sebagai penyelenggara memperpanjang lagi. Pendaftaran gelombang kedua ditutup pada 14 September.

Jangan-jangan, siswa SMA/SMK/MA sudah tak membutuhkan lagi beasiswa? 

”Jelas banyak yang masih butuh. Terutama jumlah MBR (masyarakat berpenghasilan rendah, Red) masih sangat banyak,” jawab Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya Reni Astuti, Minggu, 11 September 2022.

Menurutnyi, minimnya serapan beasiswa disebabkan satu hal. Yakni, sosialisasi yang belum menjangkau masyarakat luas. Itu sempat dibuktikan Reni dengan meninjau langsung ke lapangan.

Terutama saat berjumpa langsung dengan warga yang tergolong MBR. ”Selalu saya tanyakan, apakah mereka mendapat info tentang beasiswa. Ternyata banyak yang belum. Padahal, anak-anak mereka masih SMA atau SMK,” ujar politikus PKS itu.

Sebetulnya, Pemkot Surabaya sudah diminta untuk menyampaikan informasi beasiswa itu langsung ke tiap kecamatan/kelurahan. Lalu, diteruskan hingga ke tingkat RT/RW. Namun, upaya itu tidak maksimal.

Sosialisasi hanya berhenti sebatas surat pemberitahuan di tingkat kecamatan. Tidak ada upaya untuk ”jemput bola”. Alias langsung mendata siswa dari keluarga yang tergolong MBR.

Reni juga mendesak agar beasiswa segera dicairkan. Yakni, untuk dibagikan kepada para siswa yang sudah dinyatakan lolos. ”Karena mereka itu sangat membutuhkan. Jadi, kalau bisa, ya jangan diperlambat terus. Kasihan,” terangnyi.

Hingga kini, program beasiswa SMA/SMK/MA sederajat belum terealisasi. Molor dari rencana awal yang seharusnya bisa dicairkan pada Agustus lalu.

Padahal, program beasiswa itu sangat mendesak. Bahkan, kuota tahun depan sudah ditambah menjadi 25 ribu siswa penerima. Apabila program sukses tahun ini, bisa kembali diadakan di tahun depan. Dengan begitu, angka putus sekolah di Surabaya pun bisa ditekan. 

Sumber: