Yangon, Harian Disway - Seorang profesor ekonomi dari Australia sekaligus mantan penasihat pemimpin Myanmar, divonis selama tiga tahun oleh otoritas militer Myanmar.
Sean Turnell ditahan di Yangon pada Februari 2021 lalu, selang beberapa hari setelah junta militer telah menangkap Aung San Suu Kyi dan menggulingkan pemerintahan terpilihnya dalam sebuah kudeta. "Pemerintah Australia secara konsisten menolak dakwaan terhadap Profesor Turnell selama lebih dari 19 bulan dia ditahan secara tidak adil oleh rezim militer Myanmar," ungkap Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong. "Kami akan terus mengambil setiap kesempatan untuk mengadvokasi Profesor Turnell dengan kuat sampai dia kembali ke keluarganya di Australia" tambahnya. Dia didakwa bersama Suu Kyi, karena dianggap telah melanggar Undang-Undang Rahasia Resmi. Tuduhan-tuduhan itu telah mereka bantah. Untuk pertama kalinya, orang asing di negeri itu dipenjara. Keduanya dijatuhi hukuman pada hari Kamis dalam persidangan yang dikritik oleh kelompok-kelompok hak asasi. Persidangan mereka dilakukan di pengadilan militer secara tertutup. Suu Kyi dijatuhi hukuman tiga tahun penjara lagi, karena melanggar undang-undang yang sama. Dia telah dijatuhi hukuman lebih dari dua dekade penjara atas lebih dari selusin dakwaan yang diajukan oleh pemerintah militer dengan beberapa dakwaan masih tersisa. Jika terbukti bersalah atas semua dakwaan, dia bisa menghadapi hampir 200 tahun penjara. Pada persidangannya di bulan Agustus, Turnell membantah keras tuduhan melanggar undang-undang rahasia negara yang didakwa hukuman maksimal 14 tahun penjara. Ekonom dari Australia itu yang berbasis di Myanmar sejak 2017, telah bekerja sebagai penasihat pemerintah sipil yang dipimpin oleh Suu Kyi sebelum kudeta. Setahun terakhir, Beberapa LSM Internasional juga telah meminta untuk turut membebaskan dan tuduhan dari dakwaan tersebut. Seperti yang dilakukan oleh Amnesty Internasional di Australia. "Sean Turnell tidak mendapatkan persidangan yang adil dan akses yang memadai kepada penasihat hukum dan bantuan konsuler. Proses persidangannya benar-benar palsu dari serangkaian kasus bermotif politik" ucap Direktur Bidang Dampak Amnesty International Australia Tim O'Connor. Pemerintah Australia secara konsisten meminta junta untuk membebaskannya, senada dengan hal itu, Perdana Menteri Kamboja Hun Sen telah memohon kebebasannya dalam pertemuan dengan Jenderal Min Aung Hlaing selaku pemimpin militer Myanmar pada awal tahun ini. Profesor dari Universitas Macquarie itu, terkena hukuman ganda karena telah melanggar undang-undang imigrasi pada hari Kamis dan dijatuhi hukuman tiga tahun penjara, di mana pengadilan mengatakan dia akan menjalani hukuman secara bersamaan. Militer Myanmar, menggulingkan pemerintahan Aung San Suu Kyi yang sudah terpilih secara demokratis pada Februari 2021. Memicu protes besar di negeri Tanah Pagoda Emas itu. Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) mengungkapkan bahwa lebih dari 14.000 orang telah ditangkap, dengan perkiraan 2.114 orang tewas di tangan pasukan militer. Hal yang sama juga menimpa mantan duta besar Inggris untuk Myanmar Vicky Bowman dan suaminya , mereka dipenjara selama setahun karena melanggar undang-undang imigrasi. Kasus mereka juga dipandang sebagai masalah politik yang lebih luas daripada pelanggaran imigrasi, di mana orang asing jarang dituntut di Myanmar. Setelah kudeta terjadi, pemerintah Australia mengakhiri kerja sama militer dengan militer Myanmar, yang dikenal dengan sebutan Tatmadaw . Hal itu menurunkan tingkat hubungan diplomatik antara kedua negara. (Isam Firmansyah)Australia Upayakan Prof Turnell Pulang, Penasihat Ekonomi Aung San Suu Kyi Ditahan di Myanmar
Jumat 30-09-2022,14:19 WIB
Reporter : Isam Firmansyah
Editor : Salman Muhiddin
Kategori :
Terkait
Senin 23-06-2025,18:45 WIB
Persebaya Gelar Latihan Perdana Bersama Eduardo Perez: Bruno, Rivera, Flavio Absen!
Jumat 20-06-2025,18:38 WIB
Hore! Laga Persebaya vs Football West All Star Disiarkan di TV dan Vidio, Ini Jadwalnya!
Jumat 06-06-2025,15:46 WIB
Indonesia, Australia, dan Arab Saudi Berjuang Menuju Piala Dunia 2026
Minggu 01-06-2025,13:34 WIB
Menakar Peluang Timnas Indonesia Lolos Kualifikasi Piala Dunia 2026: Tiongkok di GBK, Lalu ke Jepang!
Minggu 04-05-2025,15:00 WIB
Daftar Negara yang Menganjurkan Visa lebih dari Satu Tahun
Terpopuler
Minggu 29-06-2025,09:30 WIB
Rating Pemain Chelsea yang Hajar Benfica 4-1: Christopher Nkunku Supersub, Moises Caicedo Brilian!
Minggu 29-06-2025,08:00 WIB
Spoiler! Cate Blanchett Muncul di Squid Game Season 3, Buka Cabang ke AS?
Minggu 29-06-2025,07:00 WIB
Dapat Saldo DANA Gratis dari Main Lost Kingdom Sambil Nonton Squid Game 3, Begini Caranya
Minggu 29-06-2025,02:49 WIB
Rating Pemain Palmeiras Setelah Tundukkan Botafogo 1-0, Paulinho Jadi Pahlawan
Minggu 29-06-2025,10:17 WIB
5 Momen Tergokil Kai EXO di Acara Trans7, Dari Ngamen Sampai Jadi Tukang Odong-Odong
Terkini
Minggu 29-06-2025,21:22 WIB
Prabowo Dorong Percepatan Hilirisasi Industri: Visi Indonesia Sejak Presiden Soekarno
Minggu 29-06-2025,20:58 WIB
Menuju Swasembada Energi, Prabowo Soroti Peran Vital Tenaga Surya
Minggu 29-06-2025,20:13 WIB
Game Penghasil Saldo DANA Crystal Blast, Tanpa Misi Undang Teman Bisa Dapat Rp 25.990
Minggu 29-06-2025,19:51 WIB
Penutupan Total Jalur Gumitir Tuai Protes, DPRD Jatim Usulkan Moda Transportasi Pengganti
Minggu 29-06-2025,19:29 WIB