Disway Forum: Mengakhiri Petaka Sepak Bola Indonesia (1): Momentum Rekonsiliasi Jangan Sampai Hilang

Kamis 06-10-2022,15:50 WIB
Reporter : Mohamad Nur Khotib
Editor : Tomy C. Gutomo

Harian Disway menggelar diskusi bertema Mengakhiri Petaka Sepak Bola Indonesia. Misinya untuk mencari perspektif baru. Agar kita bisa membangun iklim sepak bola yang lebih baik sehingga tragedi Kanjuruhan tidak terulang.

---

SELALU ada hikmah dari bencana. Tragedi Stadion Kanjuruhan yang menewaskan 131 orang menjadi momentum perdamaian bagi seluruh supporter tim sepak bola di Indonesia. “Momentum rekonsiliasi ini jangan sampai hilang,” ujar Founder Harian Disway Dahlan Iskan. 

Mantan Ketua Umum Persebaya itu berharap Aremania, Bonek, Jakmania, Bobotoh, dan supporter klub-klub lain bersatu. Tentu rivalitas tidak bisa dihilangkan begitu saja. Hanya saja, semua harus berinstropeksi agar peristiwa Kanjuruhan tidak terjadi lagi.


Diskusi Mengakhiri Petaka Sepak Bola Indonesia diselenggarakan secara hybrid.-Boy Slamet-Harian Disway-

Selain Dahlan Iskan, diskusi dihadiri Ketua Komisi Wasit PSSI Ahmad Riyadh, Sekretaris Persebaya Ram Surahman, Dosen UMY Fajar Junaedi, Koordinator Green Nord Huzin Ghozali, dan Pemerhati Sepak Bola Miftakhul Faham Syah. DIskusi itu dimoderatori Direktur Utama Harian Disway Tomy C. Gutomo.

Ram Surahman menyampaikan pengalamannya sebagai panpel pertandingan di Stadion Gelora Bung Tomo. Menurut Ram, setiap pertandingan diberlakukan 3 ring di GBT. Untuk lolos di ring 1 harus sudah menunjukkan gelang tiket. Dengan begitu, tidak ada supporter tak bertiket yang bergerombol di sekitar stadion. 

Di ring utama pun dilakukan pengamanan yang ekstra. Yakni dengan memasang barikade keliling stadion. Pengetatan keamanan tidak dipukul rata pada semua pertandingan. Yang ketat hanya untuk laga big match.

Selain itu, kata Ram, sistem pembelian tiket merupakan bagian terpenting dari mitigasi. Pembelian tiket online sangat membantu untuk penertiban penonton selama proses masuk ke stadion. “Dan kami selalu membuka semua pintu 15 menit sebelum pertandingan berakhir,” tandasnya.


Sekretaris Persebaya Ram Surahman-Boy Slamet-Harian Disway-

Fajar Junaedi berharap ada evaluasi menyeluruh terhadap tata kelola penyelenggaraan pertandingan. Baik dari federasi, panitia pelaksana, klub, hingga suporter.

“Jangan sampai suporter datang ke stadion diperlakukan seperti hewan,” ceplos Fajar Junaedi. Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta itu mengatakan, petaka yang terjadi di Stadion Kanjuruhan itu mengungkap banyak hal. Yang paling menonjol adalah perlakuan panpel terhadap suporter. “Tribun stadion bak kebun binatang,” katanya.

Tidak di stadion kandang Singo Edan saja, melainkan nyaris di seluruh stadion di Indonesia. Desain tribun masih tak manusiawi. Itu bisa dilihat dari adanya pagar dan selokan yang berdekatan di depan setiap tribun.

“Harus ada mitigasi di setiap pertandingan untuk mengurangi risiko,” lanjut lelaki yang akrab dipanggil Jun itu. ”Model pengamanan yang diterapkan Persebaya bisa menjadi role model,” sambungnya. (*/Bersambung)

 

Kategori :