Krisis Energi Prancis: No More Fuel!

Senin 10-10-2022,18:55 WIB
Reporter : Salman Muhiddin
Editor : Salman Muhiddin

PARIS, HARIAN DISWAY - Jumat pagi, antrean sepanjang ratusan meter mengular dari sebuah stasiun pengisian bensin di pinggiran kota Paris.

"Kami sudah menunggu satu jam," kata seorang pengendara, yang mobilnya sudah kosong tanpa bahan bakar. 

Pengemudi lain akhirnya ikut mengantre setelah melintasi 2 SPBU yang sudah sangat ramai. “Saya tiba di sana barengan dengan pengemudi lain, dan ternyata sudah tidak ada bensin yang tersisa,” keluhnya.

Kekurangan bahan bakar terjadi di seluruh Prancis, membuat pengendara frustasi. Mereka harus mengantre dan menunggu lama untuk mendapatkan bahan bakar di beberapa SPBU yang masih memiliki persediaan.

Selain menyebabkan frustasi bagi pengemudi individu, kelangkaan bahan bakar juga membuat bisnis menjadi kacau. Layanan pengiriman, bantuan medis, rantai logistik, dan perusahaan taksi, semuanya terkendala.

“Yang membuat saya khawatir adalah penyandang disabilitas. Resikonya, kami mungkin tidak bisa membantu mereka jika ini terus berlanjut,” kata seorang sopir taksi, menunggu di sebuah pompa bensin di Paris. “Saya hanya punya setengah dari sisa tangki cadangan.”

Kelangkaan bahan bakar ini adalah akibat dari aksi pemogokan para pekerja di TotalEnergies dan Esso-ExxonMobil. Aksi mogok kerja ini telah menurunkan produksi hingga 60 persen, setara dengan 740.000 barel bensin per hari.


Antrean bensin di Petite-Foret, Prancis.-Reuters-

Tiga dari enam kilang bahan bakar telah ditutup. Akibatnya, mayoritas jaringan TotalEnergies di sekitar 3.500 SPBU atau hampir sepertiga dari seluruh SPBU di Prancis kehabisan bahan bakar.

Pemerintah memperkirakan bahwa hanya 19% dari pompa bensin yang terpengaruh, khususnya yang berada di wilayah utara. Namun ketua dari Système U, Dominique Schelcher, mengatakan kepada radio FranceInfo bahwa pemerintah terlalu meremehkan hal ini.

Sebelumnya, serikat pekerja Prancis CGT menyerukan aksi mogok kerja terhadap TotalEnergies lebih dari seminggu yang lalu. Para pekerja menuntut kenaikan gaji dengan alasan biaya hidup dan keuntungan yang melonjak di industri energi.

Pada trimester kedua tahun 2022, TotalEnergies mencatat laba sebesar $5,7 miliar, melonjak naik dibandingkan dengan $2,2 juta pada periode yang sama pada tahun 2021.

CGT telah menyerukan pajak atas keuntungan ini dan kenaikan gaji sebesar 10 persen, 7 persen untuk melawan inflasi dan 3 persen untuk bagi hasil. Tuntutan tersebut sebagian besar didukung oleh pekerja energi.

Di kilang TotalEnergies di Feyzin dekat Lyon, pekerjaan produksi masih berlanjut tetapi pengiriman terhenti.

Dilansir dari AFP, Perwakilan CGT Pedro Afonso mengatakan bahwa seluruh pekerja pengiriman mogok untuk shift jam 6 pagi.

“Biasanya ada 250 hingga 300 truk dan 30 hingga 50 gerbong kereta setiap harinya. Sekarang tidak ada yang bisa keluar.” katanya.

Selain itu, sekitar 70 persen pekerja ExxonMobil juga mogok. Perwakilan lain dari CGT, Christophe Aubert mengatakan, "Mereka adalah tenaga kerja yang sama yang bekerja sepanjang akhir pekan, jadi tidak ada yang bergerak dan tidak ada yang dihasilkan."

Pemogokan awalnya dimaksudkan untuk berlangsung tiga hari, tetapi menjadi semakin panjang karena TotalEnergies masih bersikeras bahwa negosiasi upah dimulai pada pertengahan November, seperti yang direncanakan, dengan kenaikan gaji rata-rata yang diharapkan sebesar 3,5 persen.

Persediaan bahan bakar di TotalEnergies sendiri sudah berada di bawah tekanan karena diskon harga yang ditawarkan perusahaan selama beberapa bulan terakhir.


Antrean mobil di SPBU Total Energies di Kota Paris.-AFP-

Permintaan bahan bakar di SPBU TotalEnergies meningkat sekitar 30 persen karena pelanggan memanfaatkan diskon yang ditawarkan di tengah kenaikan biaya bahan bakar.

Ketika pekerja energi sudah mogok dan pengendara sudah mulai frustasi, imbasnya tentu saja sampai ke pemerintah Prancis.

“Jangan panik,” kata Presiden Emmanuel Macron pada hari Jumat. Presiden menyerukan agar semuanya tetap tenang menghadapi situasi ini.

Presiden meminta kepada para pekerja agar aksi mogok kerja ini segera diakhiri. Ia juga mendukung agar para eksekutif di TotalEnergies mempertimbangkan tuntutan gaji dari para pekerja mereka.

Tuntutan mereka datang di tengah krisis biaya hidup yang memburuk. Dalam konferensi pers yang sama, presiden memperingatkan bulan-bulan yang sulit di depan untuk harga gas, karena biaya makanan diperkirakan akan terus melonjak.

Negosiasi antara pemerintah Prancis dan serikat pekerja, termasuk CGT, mengenai reformasi pensiun juga diperkirakan akan menimbulkan ketegangan dalam beberapa bulan mendatang.

Paul Smith, profesor politik Prancis di University of Nottingham mengatakan, “Harga bahan bakar identik dengan gilets jaunes (pemrotes Rompi Kuning),” ujarnya.

“Situasi saat ini menyusahkan pemerintah. Ini akan jadi awal dari masalah yang akan datang, potensi musim dingin yang tidak memuaskan," tambahnya.

Gerakan protes Rompi Kuning pada musim dingin 2018, yang dipicu oleh kenaikan harga bensin, membuat ribuan orang turun ke jalan selama berminggu-minggu sebagai bentuk protes terhadap pihak berwenang dan Presiden Macron. 

Pemerintah akan mengambil langkah-langkah ekstra untuk memastikan ketersediaan bahan bakar di SPBU.

Tidak seperti biasanya, truk tangki bahan bakar akan diizinkan beroperasi pada hari Minggu untuk melakukan pengiriman. Pemerintah telah menggunakan cadangan bahan bakar untuk menambah stok yang tersedia.

Menteri Transisi Energi, Agnès Pannier-Runacher menerangkan, saat ini stok bahan bakar yang tersisa cukup untuk 90 hari.

Selain itu, berbagai upaya telah dilakukan untuk menyelesaikan masalah antara CGT dan TotalEnergies, tapi sejauh ini tidak ada yang berhasil. Diperkirakan aksi mogok kerja akan terjadi lagi dalam beberapa hari mendatang. (Muhammad Rizal)

Kategori :