Banyak tokoh yang hadir di antara ribuan Gusdurian di Asrama Haji, Sukolilo, Surabaya, 14-16 Oktober 2022. Dari berbagai kota di Indonesia. Juga dari luar negeri. Suasana terasa gayeng pada Temu Nasional (Tunas) Gusdurian tersebut.
---SABTU malam, 15 Oktober 2022, menjadi malam spesial. Ada panggung budaya digelar. Berbagai macam seni pertunjukan ditampilkan. Pembukaan dimulai dengan aksi dua barongsai. Mengiringi para peserta yang mulai masuk ke ruangan.
Setelahnya, para penonton dimanjakan oleh musikalisasi puisi oleh Komunitas Persada. Berbekal musik perkusi, lima muda-mudi itu membawakan puisi karangan KH Mustofa Bisri yang berjudul: Sang Pemimpin Pemberani Untuk Gus Dur.
BACA JUGA: Pernyataan Sikap Yenny Wahid, Cawapres Usulan PSI
Malam itu istimewa karena keluarga Ciganjur juga hadir. Mereka adalah Sinta Nuriyah (istri almarhum Gus Dur dan dua putri Gus Dur yakni Alissa Qotrunnada Wahid dan Inaya Wulandari Wahid. Sahabat Gus Dur, KH Mustofa Bisri atau biasa dipanggil Gus Mus, juga menyempatkan hadir jauh-jauh dari Rembang. Juga hadir mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, dan penyair D. Zawawi Imron.
Aksi komedian asal Madura, Fuad Andi Sasmita berhasil menyegarkan suasana. Ia menirukan joke-joke khas Gus Dur. Salah satunya, joke andalan yang sering diungkapkan mantan presiden itu: ”Gitu aja kok repot”.
Ada juga penampilan Yudhit Chiphardian. Pemuda Katolik itu mengagumi Gus Dur. Ia merasa terhormat mendapat panggung itu. Tentu saja, humornya juga berbau Gus Dur. Tawa penonton pecah saat Yudhit mengeluarkan peci hitam dari saku celananya. Lantas mengenakan di kepalanya. ”Beneran, kalau saya Islam, pasti saya ini NU wes. Nang ndi-ndi sarungan,” selorohnya disambut tawa.
Dan barulah tiba pada sesi yang paling dinanti. Ibu Sinta Nuriyah diantar menuju panggung dengan kursi rodanyi. Istri tercinta almarhum Kh Abdurrahman Wahid itu membawa beberapa lembar kertas di tangannya. Lampu panggung diredupkan.
Penonton lamat-lamat senyap. Sinta mulai membaca Surat Cinta untuk Gus Dur. Surat yang menceritakan semua perasaannyi selama mengenal Gus Dur. Salah satunya, saat Gus Dur berkirim surat tentang curhatannya yang gagal studi.
STRI almarhum Gus Dur Sinta Nuriyah membacakan surat cinta Gus Dur. -Boy Slamet-Harian Disway-
Dan surat itulah yang justru membuat Sinta jatuh hati. Sambil terus membaca, Sinta seperti ditarik ke masa lalu. Dia merindukan suami tercintanyi itu. ”Mas Dur, sedang apa sampeyan sekarang. Kita semua di sini berharap panjenengan bahagia, tertawa cekikikan, dan melucu di hadapan para malaikat” katanyi.
Sinta pun mengakhiri puisi surat cintanyi itu dengan pesan. Yakni kepada semua penerus perjuangan Gus Dur di Komunitas Gusdurian. ”Semoga Anda semua tak takut menyuarakan nilai luhur yang ditinggalkan Gus Dur,” tandasnya.
Penyair si celurit emas D. Zawawi Imron membacakan tiga puisi. Pertama, Ode Buat KH Abdurrahman Wahid, yang ditulis beberapa hari pasca kepergian Gus Dur.
Penyair D. Zawawi Imron membaca tiga puisi untuk megenang Gus Dur. -Boy Slamet-Harian Disway-
”Puisi kedua saya tulis dengan mengembangkan ucapan-ucapan Gus Dur,” katanya. Puisi kedua itu tak disebut judulnya. Namun, cukup unik lantaran berbentuk seperti pantun. Bahkan dilagukan dengan nada rap. Lalu diakhiri dengan puisi ketiga berjudul Telur.