Rektor Universitas WR Supratman (Unipra) Bachrul Amiq menggelar konferensi pers, Senin, 17 Oktober 2022. Ia memastikan kampus yang baru dipimpinnya sejak Juli itu tidak ditutup. Melainkan sedang dalam pembinaan oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dikti).
---
SANKSI administrasi berat itu diberikan setelah tim evaluasi kinerja akademik (EKA) Kemendikbud Ristek datang pada 12 Juli lalu. Temuannya, dua program studi (prodi) magister mereka bermasalah. Yakni Ilmu Administrasi Publik dan Manajemen.
“Kami tak boleh menerima mahasiswa baru sampai evaluasi selesai,” katanya kepada awak media di lantai 3, gedung utama Unipra. Persoalan berawal dari adanya temuan sejumlah mahasiswa S-1 Unipra yang pindah ke Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Panglima Sudirman (Stiapas) Surabaya.
Sebanyak 28 mahasiswa itu menempuh studi hingga lulus. Kemudian melanjutkan studi S-2 ke Unipra. Nah, dari sinilah muncul masalah. Ada oknum kampus yang mulai memainkan perannya.
BACA JUGA:Kampus-Kampus yang Bermasalah di Surabaya: Tak Taat, Dua Kampus Tutup
Ternyata, data 28 mahasiswa pascasarjana itu tak tercatat di sistem informasi akademik (Siakad) Unipra. Tentu mereka tak aktif kuliah secara riil. Namun, data mereka bisa masuk ke Pangkalan Data Dikti (PDDikti) secara resmi karena oknum tersebut.
Bahkan, sudah ada dua mahasiswa yang dinyatakan lulus. Begitu Tim EKA Dikti memergoki kecurangan itu, Unipra langsung dikenai sanksi. Dan dua ijazah mahasiswa itu pun dibatalkan.
Rektor Universitas WR Supratman (Unipra) Bachrul Amiq-Julian Romadhon-Harian Disway-
“Itulah yang bikin kesan Unipra seolah menjadi bagian dari sindikat ijazah ’instan’,” terang mantan Rektor Universitas dr Soetomo (Unitomo) itu. Kini, total mahasiswa magister tersisa 315 orang di dua prodi tersebut. Seluruhnya dialihkan ke perguruan tinggi lain. Sedangkan, prodi S-2 Unipra bakal ditutup sementara.
Menurut Amiq, keberadaan oknum memang masih merajalela di dunia kampus swasta. Mereka kebanyakan yang punya kuasa mengoperasikan data pusat. Seperti yang terjadi di Unipra.
Jumlah mahasiswa Unipra memang simpang-siur. Yang tercatat di PDDikti mencapai sekitar 5 ribu mahasiswa. Sementara yang tercatat di Siakad hanya sekitar 3 ribuan mahasiswa. Sisanya, 2 ribuan mahasiswa, terindikasi abal-abal.
Amiq pun sudah melaporkannya ke Dikti. “Berarti ada potensi dijual. Sekali lagi, inilah yang membuat kesan seolah Unipra bisa bikin lulusan cepat. Sekarang data mahasiswa itu sudah di-delete, kami dibantu Dikti,” ungkapnya.
Kehadiran Amiq sebagai rektor baru punya misi untuk melakukan seluruh perbaikan di Unipra. Ia bahkan sudah memberhentikan oknum tersebut. Selain itu, upaya perbaikan pun terus dilakukan.
Ada beberapa poin evaluasi. Pertama, ditemukan adanya dugaan tesis plagiat. Untuk itu, sekarang Unipra menyediakan aplikasi untuk mengecek plagiasi.