Pengakuan Mantan Dosen Universitas Kartini yang Kampusnya Ditutup

Pengakuan Mantan Dosen Universitas Kartini yang Kampusnya Ditutup

Kampus Universitas Kartini Surabaya yang ditutup oleh Dirjen Dikti. -Praska Bramasta-Harian Disway-

Universitas Kartini (Unkar) Surabaya resmi ditutup pada 19 Agustus lalu. Kampus yang beralamat di Jalan Raya Nginden Njangkungan itu terbukti menyelenggarakan praktik kuliah jalur patas. Harian Disway menghubungi salah seorang mantan dosen yang pernah mengajar di sana.

---

SUMBER yang tak mau disebutkan namanya itu bersedia membeber kesaksiannya. Bagaimana perkuliahan di Unkar Surabaya begitu amburadul. Dunia pendidikan yang dijalankan dengan model bisnis.

“Isinya di situ nyari duit mulu,” ujarnya saat dihubungi Harian Disway, Minggu, 23 Oktober 2022. Yang ditawarkan adalah kemudahan dan kecepatan mendapat ijazah. Bayangkan, kata sumber tersebut, masuk kuliah Oktober bisa dapat ijazah Desember nanti. Cuma butuh tiga bulan untuk mendapat gelar yang seharusnya ditempuh dengan waktu normal empat tahun itu.

BACA JUGA:Parenting Talk Sekolah Pembangunan Jaya: Peran Ibu 94 Persen dalam Mencetak Anak Menjadi Bintang

Jualan itu pun tentu laku keras. Perkuliahan berjalan dengan semau-maunya. Kondisi kampus yang seperti itu jelas bikin kesal bagi yang masih waras. Termasuk dosen tersebut yang akhirnya hanya betah mengajar selama satu tahun. Masuk pada Januari 2021 dan keluar pada Januari 2022.

“Kualitasnya rendah sekali. Nanti saya berdosa ke masyarakat kalau terus dilanjutkan,” ungkapnya. Selama mengajar, ia pun mengamati aktivitas para petinggi kampus di sana. Bahwa ternyata memang terjadi pembiaran praktik perkuliahan yang tak sesuai prosedur.

Sebetulnya, lelaki yang menjadi dosen sejak 1999 itu sudah mengingatkan para pejabat kampus. Termasuk si pemilik Yayasan Harapan Utama Surabaya yang menaungi Unkar. Namun, peringatannya tak digubris. 

Bahkan, ia sempat diprotes oleh atasan ketika menegur mahasiswa yang tak taat prosedur. Tidak pernah masuk kuliah dan bimbingan bisa tiba-tiba ujian skripsi. Ironisnya, skripsi itu pun bukan hasil karya sendiri.

“Saya sudah ingatkan pemilik yayasan, malah katanya gak papa yang penting asetnya tetap selamat. Ya sudah memang nggak bisa dikasih tahu. Saya mending keluar saja,” jelasnya. Selain itu, finansial kampus yang buruk lagi-lagi menjadi penyebab terjadinya praktik perkuliahan gelap.

Ia mengatakan, Unkar sudah disewa oleh pihak swasta lain. Sebab, finansial kampus tak tertolong. “Nah karena si penyewa ini juga butuh duit, ya sudah jual ijazah instan saja,” tandasnya.

Umumnya, praktik jual ijazah instan itu dilaksanakan ketika portal Dikti dibuka pada periode tertentu. Di saat itulah, para oknum bermain. Memasukkan data mahasiswa gelap secara terang-terangan ke Pangkalan Data Dikti (PDDikti).

Menurutnya, kecurangan itu tidak mungkin hanya dilakukan oleh oknum kampus. Mustahil dijalankan oleh satu pihak. Melainkan ada sindikat yang sudah tertata rapi. Ia pun menduga ada oknum dari Dikti pusat yang ikut kongkalikong.

“Saya duga seperti itu. Cuma dilogika aja sebetulnya sudah bisa tahu,” katanya. Namun, ia memastikan oknum dari Dikti bukan para pejabat. Justru oleh para operator pelaksana. Yakni mereka yang memegang kunci sistem data pusat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: