Parenting Talk Sekolah Pembangunan Jaya: Peran Ibu 94 Persen dalam Mencetak Anak Menjadi Bintang

Parenting Talk Sekolah Pembangunan Jaya: Peran Ibu 94 Persen dalam Mencetak Anak Menjadi Bintang

Siswa-siswi Sekolah Pembangunan Jaya 2 Sidoarjo. -SD Pembangunan Jaya 2-

JAKARTA, HARIAN DISWAY - "Kan sudah saya kasih tahu. Sudah saya nasihati berkali-kali." Keluhan seperti itu sering terlontar dari ibu-ibu kepada anak-anak mereka. Mulai sekarang sebaiknya Ibu-Ibu berhenti mengeluh bila harus mengulang memberi tahu atau pun menasihati sang buah hati.

"Kalau Bunda harus mengulang-ulang nasihat itu sudah betul. Kan sudah dikasih tahu? Iya Bunda, kasih tahu aja lagi," ujar Aisah Dahlan, praktisi neuroparenting skill dalam Parenting Talk bertema Sosok Hebat di Balik Sang Bintang yang diadakan Sekolah Pembangunan Jaya, Sabtu, 22 Oktober 2022. 

Acara itu digelar secara hybrid. Diikuti wali murid TK, SD, SMP, dan SMA Sekolah Pembangunan Jaya di Bintaro dan Sidoarjo. Sebelum Aisah menyampaikan materi, acara dibuka dengan sambutan Principal Executive Sekolah Pembangunan Jaya Indira Sunito. 

Menurut Aisah, sambungan otak anak memang masih tipis. Sehingga perlu repetisi. Informasi maupun pembelajaran yang diberikan kepada anak harus diulang-ulang. Saat diulang, sambungan pada otak tidak hanya semakin kuat, tetapi juga ada tambahan sambungan. 


Aisah Dahlan--

Dokter yang aktif dalam rehabilitasi narkoba itu menambahkan, peran terbesar dalam mencetak anak menjadi bintang ada pada ibu. Persentasenya 94 persen. Peran bapak 5 persen. Sisanya, 1 persen adalah peran sekolah. Namun masing-masing unsur itu tidak bisa berdiri sendiri karena saling terkait. 

Sistem kerja otak anak, lanjut Aisah, sangat kompleks. Seperti kabel listrik. Listriknya itulah yang membawa pesan mengenai apa yang dilihat, didengar, dan dikerjakan. Proses pengasuhan anak terjadi sejak di dalam rahim. 

"Hati-hati apa yang diucapkan dan dikerjakan Ibu, akan direkam di otak janin. Otak janin mulai bekerja pada minggu ke delapan. Saat itulah dimulai membentuk sang bintang," kata Aisah.

Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar, itu banyak pengalaman menangani remaja yang kecanduan narkoba. Saat dihipnoterapi, sebagian remaja diketahui akar masalahnya ternyata sejak dari rahim. "Makanya kalau Ibu hamil kan diminta melakukan hal-hal baik dan mengandung sesuatu yang positif. Sebaiknya ibu hamil memperbanyak belajar dan membaca kitab suci," katanya.

Konektivitas otak ibu hamil dan anak yang dikandung itu memang di-setting sedemikian rupa oleh sang pencipta. Saat anak tersebut lahir, setting-an otak pada ibu juga berubah. "Ada fenomena mommy brain atau momnesia. Kondisi lupa setelah melahirkan. Bukan pikun. Bagian yang tadinya mengingat banyak hal dipangkas. Neuron pada ibu membentuk orientasi baru untuk hanya merawat anak," kata ketua Asosiasi Rehabilitasi Sosial Narkoba Indonesia (Airi) itu.  

Ibu-ibu, kata Aisah, juga harus memahami perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan. Ini karena komposisi di dalam otak laki-laki dan perempuan berbeda. Perempuan punya potensi lebih banyak bicara daripada laki-laki. Kemudian, cara kerja mata perempuan dan laki-laki pun berbeda.


Penampilan siswa Sekolah Pembangunan Jaya 2 Sidoarjo di acara Parenting Talk dan Open House, 22 Oktober 2022. -Sekolah Pembangunan Jaya-

Mata bapak-bapak, ujar Aisah, pandangannya lurus ke depannya lebih jauh. Makanya disebut mata pemburu. Sedangkan mata perempuan disebut mata penjaga sarang karena padangannya lebih lebar ke kanan dan kiri.

Makanya jangan heran, kata Aisah, anak laki-laki disuruh cari telur di kulkas tidak ketemu. "Ini marahnya Ibu-Ibu sedunia: makanya kalau cari pakai mata," kata Aisah disambut tawa para peserta Parenting Talk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: