“Pas dikasih tahu kalau ini kamar yang bakal saya huni, saya langsung nangis karena sebelah musola,” ujar Surati.
Surati dulu adalah penjual nasi bungkus di Kampung 1001 Malam. Ingatannyi masih terekam jelas, dulu kampung tersebut masih sedikit yang menempati. Dia sempat pula terkena gusur saat menghuni bibir sungai. Setelah itu baru pindah di bawah kolong jembatan. Surati adalah salah satu warga yang paling lama tinggal di sana.
Harapannyi sekarang hanya ingin melihat dua cucunyi meneruskan sekolah hingga dapat menggapai cita-cita. Terlebih menantunyi bisa mendapat pekerjaan layak untuk kehidupan kedepannyi.
“Kalau saya sekarang ingin dicarikan kerjaan jadi sopir karena saya dulu punya pengalaman itu. Karena pernah tabrakan itu akhirnya jadi berhenti,” ungkap Kusairi.
Flat Sumur Welut yang saat ini menjadi tempat tinggal warga Kampung 1001 malam .-Boy Slamet-Harian Disway-
Perlu Anda ketahui, rata-rata warga Kampung 1001 Malam mencari nafkah dengan menjadi seorang pengamen, pengemis, dan pencari rongsokan. Namun mereka tak lagi harus kejar-kejaran dengan Satpol PP seperti dulu. Pemerintah bakal memberikan pelatihan dan mencarikan pekerjaan baru sesuai keahliannya.
Kusairi kini merasa hidupnya berubah total. Harapan baru muncul meski awal-awal kepindahannya masih butuh adaptasi. Ia mengaku utarakan janji pada dirinya sendiri, setelah ini ia bersikeras mengubah hidup keluarganya jauh lebih baik lagi. Ada satu hal yang masih ia bawa dari dulu sampai sekarang ketika melihat tanah kosong: menanam cabai. (Yusuf Dwi)