SURABAYA, HARIAN DISWAY - Worldometer baru saja merilis akumulasi jumlah kasus Covid-19 di semua negara. Jepang menempati urutan teratas dengan catatan sebanyak 22 juta kasus. Sementara Indonesia berada di urutan 9 dengan 6 juta kasus.
Kini, orang yang terpapar Covid-19 di Indonesia juga meningkat sebesar 78 persen dalam sepekan. Dari yang sebelumnya 1.037 kasus menjadi 4.717 kasus. Peningkatan itu ditengarai oleh subvarian Omicron XBB.
Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril mengatakan, angka positivity rate juga naik menjadi 15,98 persen. Subvarian Omicron XBB itu setidaknya sudah menyebar ke 28 negara. “Dalam sepekan terakhir ada 30 provinsi yang mengalami kenaikan kasus,” ujarnya dalam konferensi pers virtual.
BACA JUGA:Pemerintah Singapura: Belum Ada Bukti Covid-19 Varian XBB Lebih Berbahaya
Sebelumnya, Koordinator PPKM Jawa-Bali Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan bahwa puncak gelombang subvarian Omicron XBB itu akan terjadi dalam satu hingga dua bulan ke depan. Mengingat saat ini jumlah kasus hampir menyentuh 5 ribu dalam sepekan.
Peningkatan kasus konfirmasi harian itu merata di seluruh wilayah Jawa-Bali. Angka kematian juga meningkat. Terutama di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta yang cukup signifikan.
Begitu pula yang terjadi di Jawa Timur. Tercatat sebanyak 2.011 kasus aktif per Sabtu, 6 November 2022. Jumlah itu meningkat cepat sejak awal bulan lalu. Mulai dari 595 kasus per hari, 580 kasus, 681 kasus, hingga tertinggi mencapai 685 dan 669 kasus per hari per kemarin.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan, tren kenaikan kasus positif Covid-19 itu juga terjadi di beberapa negara. Dan disebabkan penyebaran subvarian Omicron XBB. “Kenaikan kasus baik di Jatim maupun secara nasional, patut menjadi warning kita bersama agar lebih waspada,” katanyi di Gedung Negara Grahadi, Minggu, 6 November 2022.
Khofifah mengimbau agar masyarakat tetap taat protokol kesehatan. Apalagi saat ini aktivitas ekonomi sudah berangsur normal. Maka vaksinasi pun harus digencarkan. Terutama dosis ketiga yang masih mencapai 23,92 persen.
Kabar simpang siur soal keganasan subvarian XBB meresahkan masyarakat. Peneliti virus drh Moh Indro Cahyono pun mengklarifikasi. Bahwa subvarian XBB tak lebih ganas ketimbang varian Delta.
Menurutnya, XBB tidak sampai menyerang ke organ tubuh lain. Misalnya seperti varian Delta yang menyerang paru-paru. Sehingga subvarian Omicron XBB tidak akan menyebabkan sesak napas maupun gangguan pernapasan berat.
Namun, serangan subvarian XBB itu mengakibatkan diare, mual, dan gangguan pada hati. “Karena yang diserang itu saluran pencernaan dan hati,” ujar dokter hewan penemu obat PMK sapi itu.
Ia juga menegaskan bahwa genome subvarian Omicron XBB sama seperti varian sebelumnya. Sehingga tidak mematikan, terutama bagi yang sudah divaksin maupun para penyintas.
Jika tak ada gejala yang timbul, berarti badan sehat. Sebab, 98 persen antibodi sistem kekebalan tubuh sanggup mengenali dan menghancurkan virus. Cuma, subvarian XBB memang menimbulkan gejala yang cenderung ringan seperti batuk dan pilek.
Indro pun membantah subvarian Omicron XBB bisa menyebabkan pneumonia alias radang paru-paru. Menurutnya, pneumonia disebabkan oleh bakteri atau virus non SARS-CoV2. Di antaranya, influenza, parainfluenza, rhinovirus, dan adenovirus.