Sang ayah angkat Menno Outkerk Pool sebenarnya sudah memberi tahu bahwa dirinya masih menyimpan dokumen adopsi Jean. Jean tak pernah mau melihatnya. Sampai akhirnya Menno meninggal tiga tahun lalu.
--
Ia sempat kecewa dengan orang tua kandung yang memberikannya ke orang lain. Karena itulah, Jean tak mau mencari akar aslinya di Indonesia. Buat apa mencari orang yang tak menginginkannya. Begitulah pikiran Jean saat itu. Ada semacam dinding pemisah yang membuatnya tak mau mencari. Dinding itu pun bertahan hampir sepanjang hidupnya. Dinding tersebut mulai rontok ketika Menno meninggal di Bali saat liburan. Menno disemayamkan di Belanda. Jean jadi tak punya siapa-siapa lagi. Nenek dan ayah angkatnya sudah tiada. Mereka meninggalkan rumah besar dengan segala isinya. Jean mulai teringat perkataan ayahnya: dokumen adopsinya masih ada.JEAN-LUC menceritakan kisah hidupnya di kantor Harian Disway.-David Ubaydullah/Harian Disway- Pria kelahiran Bandung itu mulai mencari tahu dokumen tersebut. Kata ayahnya, semua dokumen masih tersimpan rapi di kotak yang disimpan di loteng rumah. Rumah peninggalan ayah angkatnya sangat besar. Ada banyak sekali barang antik. Beberapa didatangkan dari Indonesia. Sebab, Menno adalah seorang Indo-Belanda yang lahir di Bandung pada 1952. Satu per satu kotak diperiksa. Jean menemukan banyak sekali peninggalan yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Ia sempat pesimitis karena dokumen adopsinya tak ketemu. Ia sudah membuka banyak kotak dan barang di gudang. Sampai akhirnya ia memegang kotak terakhir. Secara ajaib, sebuah foto jatuh dari kotak itu. Foto sang ibunda. Jean tahu itu ibunya. Tubuhnya terduduk lemas. Ia memandangi foto itu dalam-dalam. Air matanya mulai mengalir. ” I was crying at that time (Aku menangis saat itu, Red),” ungkap Jean di Disway News House Surabaya, 8 November 2022. Selain foto, Jean menemukan banyak dokumen di sana. Akhirnya ia tahu nama ibunya: Rohani. Ia tinggal di Bandung, Baguarangin RT 9/RW 7. Jean harus pergi ke sana untuk mencari alamat sang ibu. Kalau dilihat dari alamatnya, sangat mudah dicari. Sangat detail. Sampai tingkat RT. Ada juga nama bidan yang melahirkan: juga dari Baguarangin. Namun, sangat mungkin sang bidan sudah tiada. Sebab, proses adopsinya dilakukan 8 Juli 1982. Empat puluh tahun silam. Di dokumen adopsi itu ada juga nama Anthony sebagai saksi. Tinggal di Bandung, Titiran Dalam 1A Nomor 24. Nama notarisnya Sugijartin. Juga dari Bandung. Jean mengumpulkan tenaga dan berdiri kembali. Ia harus ke Indonesia secepatnya. Ia kuatkan niatnya untuk datang ke Indonesia dengan menghubungi beberapa teman. Sang ibu harus ditemukan. Atau paling tidak ada saudara kandung yang masih satu darah dengannya. Karena itulah, Jean datang ke Indonesia tahun ini. Ia mencari selama empat hari di Bandung. Ia datangi alamat ibunya. Namun, tak ketemu.
BARANG PENINGGALAN keluarga angkat Jean-Luc dibawa ke Indonesia untuk diberikan ke orang yang tepat.-David Ubaydullah/Harian Disway- Bisa jadi alamat dipalsukan. Atau ibunya sudah lama pindah. Tak ada yang tahu nama Rohani. Namun, Jean masih memiliki modal besar: foto ibunya. Ia menyebar foto tersebut di Facebook dan WhatsApp. Edi atau Mat Jabanind, pengusaha travel membantunya. Seseorang di grup WA salah satu masjid mengenali sosok Rohani. Ia sesepuh kampung. Kenal dengan orang-orang lama. ” This is my mother (Ini ibuku, Red),” kata Jean sambil menunjukkan foto perempuan yang memakai kebaya kuning dengan motif bunga merah. Rambutnya disanggul. Dia juga membawa tas selempang hitam. Dari foto itu, mereka terlihat mirip. Terutama di bagian mata dan jidat. Warna kulitnya juga sama: kuning langsat. Setelah yang dicari ditemukan, Jean langsung menuju alamat keluarga besarnya. Sayang, ia juga mendengar kabar lain: sang ibu sudah tiada. (Salman Muhiddin)
Sempat Menghubungi Mijn Roots . BACA BESOK!