KUALA LUMPUR, HARIAN DISWAY - Tercapai sudah puncak karier Anwar Ibrahim sebagai politikus di Malaysia. Kamis, 24 November 2022, ia dilantik sebagai perdana menteri oleh Raja Malaysia Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah.
Pelantikan itu memungkasi gejolak politik di Malaysia: tanpa pemerintahan selama lima hari. Setelah pemilu berakhir mengambang. Pakatan Harapan, koalisi yang dipimpin Anwar, menang. Meraih 82 kursi di parlemen. Tetapi, nanggung untuk mencapai syarat 112 kursi.
Rivalnya, Muhyiddin Yassin dari koalisi Perikatan Nasional, meraup 73 kursi. Tak ada yang bisa langsung melenggang sebagai PM. Sampai akhirnya raja bersabda: Anwar yang ditunjuk memimpin pemerintahan.
Pengambilan sumpah politikus berusia 75 tahun itu pun disambut gegap gempita oleh pendukungnya. ”Rasanya merinding. Ia berjuang begitu keras untuk bisa jadi PM,” ucap Norhafitzah Ashruff Hasan, 36, pendukung Anwar dari Kuala Lumpur.
”Sampai tidak bisa berkata-kata,” seru Muhammad Taufiq Zamri, 37, seorang manajer yang diwawancarai Agence France-Presse.
Ya, bagi Anwar, kursi PM itu adalah tujuan yang dicapainya melalui jalan sangat terjal. Enggak keruan. Seperti roller coaster sepanjang 25 tahun.
Ia pernah divonis enam tahun penjara pada 1999. Tuduhannya: korupsi. Setahun kemudian, hukumannya ditambah sembilan tahun. Kasusnya: sodomi. Itu terjadi pada masa PM Mahathir Mohamad.
Anwar dilepaskan dari hukuman oleh Mahkamah Agung Malaysia pada 2004. Lalu, pada 2018, ia kembali berkongsi dengan Mahathir. Koalisi mereka menang pemilu. Mengempaskan UMNO dan Najib Razak yang akhirnya divonis 12 tahun penjara karena korupsi.
Kemenangan itu membawa Mahathir kembali menduduki kursi PM. Janjinya, ia menjabat sementara, lantas menyerahkan kepemimpinan kepada Anwar. Kemesraan tersebut hanya berlangsung 22 bulan. Janji Mahathir tak pernah terpenuhi.
Anwar pun kembali berjuang sendiri. Sampai gol. (Doan Widhiandono)