PASURUAN, HARIAN DISWAY - Pemkot Pasuruan saat ini sedang gencar pada pembangunan payung hidrolis tiruan payung Madinah yang sudah terpasang enam buah. Enam payung tersebut menelan biaya sekitar Rp 17 miliar dari APBD tahun anggaran 2022.
Sayangnya, perhatian pada pembangunan atau rehab sejumlah sekolah tidak ikut menjadi perhatian pemda setempat.
Beberapa bangunan SDN mengalami banyak kerusakan karena faktor usia, cuaca, dan sempat tidak digunakan selama pembelajaran daring.
SDN Krampyangan, misalnya. Salah satu ruang pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) tidak bisa digunakan karena rusak parah di bagian atap.
”Atapnya dikhawatirkan menimpa siswa. Jadi, kami pindah pembelajarannya,” ujar seorang guru di sekolah tersebut.
Sekolah lainnya seperti SDN Bukir juga belum tersentuh perbaikan. Bangunan di sebelah barat mangkrak. Padahal, di sana terdapat taman kanak-kanak (TK). Akibatnya, TK tersebut harus mencari lokasi lain.
”TK-nya harus mencari lokasi lain karena tempat lama sudah tidak mungkin digunakan. Tidak ada perbaikan dan bantuan peralatan main anak-anak,” ujar Ida, seorang wali murid.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pasuruan Lucky Danardono mengatakan, pihaknya akan segera turun tangan untuk memeriksa kondisi di lapangan.
”Kami akan segera tindak lanjuti informasi ini,” ujarnya.
Di sisi lain, anggota Komisi 2 DPRD Kota Pasuruan Helmi mengaku prihatin dengan kondisi tersebut. Menurutnya, Pemkot Pasuruan seharusnya fokus pada peningkatan mutu pendidikan lebih dulu daripada melakukan penambahan payung atau revitalisasi alun-alun.
”Semestinya kan mana yang prioritas didulukan, bukan menambah payung Madinah yang didulukan,” tegas Helmi. (*)