2023, Jokowi Fokus Ekspor dan Investasi

Selasa 17-01-2023,04:00 WIB
Reporter : Mohamad Nur Khotib
Editor : Tomy C. Gutomo

JAKARTA, HARIAN DISWAY - APBN 2022 sudah dievaluasi. Pemerintah mengklaim telah sukses menjadikannya sebagai instrumen shock absorber sepanjang 2022. Itulah yang bakal dijadikan modal menghadapi tantangan ekonomi pada 2023 yang diprediksi makin berat.

Presiden Joko Widodo pun sudah menyiapkan jurus khusus tahun ini. Yakni dengan mengandalkan capaian ekspor dan realisasi investasi. Keduanya sejalan dengan hilirisasi industri yang terus dikebut.

Hilirisasi bijih nikel yang dimulai pada awal 2020 lalu terbukti memberi nilai tambah ekspor yang fantastis. Dari yang sebelumnya hanya USD 3,3 miliar pada 2017-2018 menjadi USD 20,9 miliar pada 2020-2021. Nyaris tujuh kali lipat. Nilai itu setara Rp 326 triliun.

Indonesia juga tengah mati-matian bertarung dengan Uni Eropa di WTO demi mempertahankan hilirisasi bijih nikel itu. Pun demikian dengan bijih tembaga, bauksit, maupun timah yang mulai dilarang ekspor pada pertengahan tahun ini.

"Kita juga akan terus memperkuat hilirisasi karena ini akan memberikan dampak yang luas bagi kesempatan kerja, bagi rakyat kita, dan juga akan menambah devisa bagi negara,” ujarnya saat memimpin Sidang Kabinet Paripurna (SKP) mengenai Evaluasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2022 serta Rencana Program dan Anggaran 2023 di Istana Negara, Jakarta, Senin, 16 Januari 2023.

Jokowi meminta jajarannya lebih cepat tanggap. Terutama dalam merespons perubahan situasi global yang makin tak menentu. Kebijakan-kebijakan yang dicetuskan harus cepat sekaligus tepat sasaran.

Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini akan merosot. Dari 2,9 persen anjlok menjadi 1,7 persen. Namun, Jokowi berharap optimisme harus terus dijaga. Diseimbangkan dengan kewaspadaan setiap saat.

Ia yakin tahun ini terlewati dengan baik. Itu mengacu pada capaian tahun lalu yang cukup gemilang. Bahkan di tengah tekanan eksternal dan ancaman yang mengintai semua negara di dunia.

“Tahun turbulensi 2022 bisa kita lalui dengan baik, dengan pertumbuhan ekonomi di kuartal III mencapai 5,72 persen," katanya. Ia memprediksi rata-rata tahunan pertumbuhan ekonomi bisa tembus 5,2 atau 5,3 persen.

Tentu dengan sederet poin-pon lainnya. Pendapatan negara mencatatkan pertumbuhan sebesar 30,36 persen. Kemudian, tingkat inflasi juga dapat dikendalikan di angka 5,5 persen dan harus ditekan lagi tahun ini.

“Selain instrumen moneter di BI, saya juga minta Mendagri untuk terus melanjutkan agar daerah-daerah ikut bersama-sama berpartisipasi dalam menekan inflasi, agar bisa kita tekan sekecil mungkin,” ujarnya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, total belanja negara 2023 mencapai Rp 3.061,2 triliun. Terdiri dari belanja pemerintah pusat Rp 2.246,5 triliun dan transfer ke daerah sebesar Rp 814,7 triliun.

Ada dua sektor yang mendapat kucuran dana paling besar. Yaitu pendidikan senilai Rp 612 triliun dan perlindungan sosial yang setara tahun lalu sebesar Rp 476 triliun. "Ini untuk melindungi masyarakat kita dari guncangan," ujar Sri saat konferensi pers usai sidang kabinet, kemarin.

Sedangkan, bidang kesehatan turun menjadi Rp 178 triliun. Tak ada lagi belanja untuk pengendalian Covid-19. Ada anggaran khusus juga untuk persiapan pemilihan umum 2024 mencapai Rp 21,86 triliun. Serta belanja persiapan Ibu Kota Negara (IKN) baru, Nusantara, sebesar Rp 23,9 triliun. (Mohamad Nur Khotib)

 

Kategori :