Cheng Yu Pilihan Pakar Fnegshui Isahito Chen: Zhi Zu Chang Le

Senin 06-02-2023,06:01 WIB
Reporter : Novi Basuki & Annie Wong
Editor : Tomy C. Gutomo

BERARTI, juga banyak sekali orang yang menjadikan bersyukur dan tidak tamak sebagai pedoman hidupnya. Tentu mereka tahu bahwa sifat manusia pada umumnya adalah rakus, selalu ingin lebih, tak pernah puas. 

"Kubawakan segelas air, namun kau meminta lautan," kata lagu dangdut lawas. Atau, seperti disesalkan pepatah Mandarin, "得寸进尺" (dé cùn jìn chǐ): dapat sesenti, minta sehasta. 

Ada satu prosa sentilan yang ditulis Zhu Zaiyu 朱載堉 (1536–1611), seorang matematikawan, fisikawan, yang sekaligus koreografer dan musikus dinasti Yuan. Judulnya "十不足" (shí bù zú): sepuluh ketidakpuasan. Ia menulis begini dalam karyanya yang acap dimusikalisasi orang ini:

"Awalnya banting tulang cuma demi bisa makan. Setelah bisa makan, ingin punya pakaian bagus. Setelah bisa makan dan punya pakaian bagus, merasa rumahnya terlalu kecil. Setelah punya rumah besar dan tinggi, merasa kurang istri. Setelah tambah istri cantik dan selir seksi, merasa tak punya kendaraan mewah. Setelah kendaraan mewah terbeli, merasa tak punya pengawal. Akhirnya panggil puluhan pengawal. Karena kalau punya banyak duit tapi tak punya power mudah ditipu orang, jadilah ia pejabat. Setelah jadi bupati, merasa jabatannya terlalu rendah. Setelah naik jadi gubernur, tiap hari kepikiran untuk jadi kaisar. Setelah jadi kaisar, malah ingin duduk-duduk main catur dengan dewa. Setelah ditemani duduk-duduk main catur sama dewa, tanya di mana ada tangga untuk memanjat ke langit. Akhirnya Tuhan marah, memerintahkan malaikat pencabut nyawa. Kalau bukan karena keburu mati, dan orang itu benaran bisa memanjat ke langit, ia masih akan menggerutu langit terlalu rendah buatnya."

Maka benar apa yang dituliskan Bapak Sejarah Tiongkok Sima Qian 司马迁, "Jika hawa nafsu tidak dibatasi, akhirnya tak akan ada yang terpenuhi; kalau sudah didapat tapi tidak merasa cukup, akhirnya akan kehilangan semuanya" (欲而不知止,失其所以欲;有而不知足,失其所以有 yù ér bù zhī zhǐ, shī qí suǒ yǐ yù; yǒu ér bù zhī zú, shī qí suǒ yǐ yǒu).

Itulah mengapa Isahito Chen menyukai apa yang dipetuahkan Lao Tzu dalam kitab Tao Te Ching, "知足常乐" (zhī zú cháng lè): dengan bersyukur dan merasa cukup, akan membuat kita senantiasa bahagia.

Sebab, ujar Isahito yang pakar fengshui dan astrologi, "Terkadang kita mengejar sesuatu yang sebetulnya melebihi yang kita butuhkan. Karena menuruti keserakahan yang tidak ada habisnya itu, kita akhirnya menjadi budak uang dan materi yang membuat kita tak pernah merasakan kebahagiaan yang sebenarnya: dengan bersyukur dan membantu sesama." (*)

 

Kategori :