SURABAYA, HARIAN DISWAY - Kata orang menjalin sebuah hubungan itu rumit. Ternyata, dengan memahami attachment style pada diri, itu bisa membantu kemudahan menjalin hubungan. Begini penjelasannya!
Attachment style adalah sebuah karakter atau cara khas individu saat menjalin hubungan asmara dengan individu lainnya. American Psychological Association (APA) mengungkap bahwa biasanya karakter ini dipengaruhi dengan pengalaman masa kecil individu bersama orang tua atau orang lain yang merawatnya. Asosiasi Psikologis Amerika membaginya dalam 4 jenis gaya keterikatan, Anxious, Avoidant, Disorganized, dan Secure .Ilustrasi attachment style anxious-google-everyday health Anxious Attachment/Preoccupied adalah gaya keterikatan yang muncul karena pola asuhan yang tidak konsisten. Pola asuh ini bentuknya seperti, pengalaman terkadang orang tua mendukung anak dan di lain waktu orang tua seperti abai terhadap hal-hal kesukaan anak. Ketidakstabilan kasih sayang orang tua inilah yang dapat menimbulkan bibit rasa cemas atau anxious pada anak. Tanda diri memiliki karakter ini adalah ketakutan berlebihan terhadap penolakan dan rendahnya kepercayaan diri. Gaya ini mudah menjalin hubungan, tetapi sulit mempertahankannya. Mereka sering merasa cemas dan khawatir akan nilai diri hubungannya. Rasa inilah yang akhirnya mendorong perilaku cemburu tanpa alasan, takut diabaikan, dan mudah curiga terhadap pasangan. Dalam hubungan, kerikatan kecemasan biasanya juga benar-benar bergantung secara emosional pada pasangannya. Umumnya ketergantungan emosional ini berbentuk reassurance atau konfirmasi rasa sayang yang harus dilakukan oleh pasangan secara berulang-ulang. Contohnya, “kamu masih sayang aku kan?” atau pikiran seeperti “dia masih tertarik ga ya sama aku?”
Ilustrasi avoidant-google-very well mind Avoidant Attachment/Dismissive yaitu gaya keterikatan yang menghindari gejolak perasaan emosi apapun. Individu dengan gaya ini ada karena pola asuhan orang tua yang jarang mengungkapkan emosi, tidak mentoleransi luapan perasaan, dan tidak memperlihatkan kasih sayang. Mungkin bahasa kerennya dingin dan cuek. Pernah menjumpai orang yang sangat independen dan enggan menunjukkan emosi? Nah! Itulah tanda dari karakter keterikatan ini. Individu biasanya terlihat sangat dingin dan enggan membagi perasaan bersama pasangan. Selain itu mereka juga sudah terbiasa menolong diri sendiri sejak kecil sehingga merasa kesulitan untuk meminta tolong pada pasangan. Perilaku-perilaku inilah yang membuat individu ini sulit menjalin dan mempertahankan hubungan. Pasangan mereka sering merasa tidak diperhatikan karena saat situasi mulai emosional, individu dismissive akan menarik diri. Benar-benar seperti artinya dismissive and avoidant yaitu menolak dan menghindar.
Ilustrasi attachment fearful-google-sokya health Disorganized Attachment/Fearful atau berarti gaya keterikatan yang penuh dengan ketakutan. Seperti namanya, karakter ini muncul karena orang tua yang seharusnya sebagai sumber rasa aman, menjadi sumber rasa takut. Umumnya karakter ini dimiliki oleh seseorang yang pernah mengalami pelecehan secara verbal, fisik, maupun emosional dari pengasuhnya. Individu dengan karakter ini biasanya berperilaku tidak konsisten dan merasa sulit mempercayai orang lain. Hal itu yang membuatnya sulit memulai sebuah hubungan. Mereka tetap ingin mencintai dan dicintai. Namun, untuk membangun kepercayaan bahwa pasangan mereka akan menjaga dan menyayanginya, tetaplah sulit.
Ilustrasi attachment style secure-google-think positive check
Secure Attachment yaitu karakter ikatan dengan rasa aman dari individu. Karakter ini bisa terbentuk karena pola asuh orang tua yang konsisten, penuh toleransi, dan dapat dipercaya. Seperti namanya, Individu ini memiliki karakter yang percaya diri, mudah bersosialisasi, hangat, dan tidak takut dalam menghadapi hal-hal emosional. Singkatnya, secure attachment adalah kebalikan dari 3 cabang insecure attachment tadi. Pemilik gaya keterikatan aman cenderung memilih pasangan dengan gaya yang sama. Itu dia penjelasan tentang gaya keterikatan atau attachment style . Meningkatkan pemahaman tentang diri tentu saja akan mempermudah proses memahami orang lain dalam menjalin sebuah hubungan. Tetaplah berusaha memperbaiki diri dan menyayangi diri, ya! (Dara Nabila Salsabyla)