Laguna de Cuicocha, Danau Eksotik di Ekuador yang Lestari Berkat Cerita Mistis

Rabu 22-02-2023,16:46 WIB
Reporter : Guruh Dimas Nugraha
Editor : Retna Christa

Ekuador, negara di Amerika Selatan menyimpan potensi wisata menarik. Salah satunya adalah Laguna de Cuicocha di Kota Cotacachi. Keindahan alami berselimut cerita rakyat yang menjaga keasriannya. Berikut cerita Tri Novita, warga Indramayu yang bekerja di Ekuador.
 

TIADA gading yang tak retak. Peribahasa yang sempurna untuk menggambarkan aplikasi peta digital. Maps tidak membawa kami ke tempat tujuan. Tapi malah bikin nyasar.

Ceritanya, saya dan dua teman hendak ke Laguna de Cuicocha. Berangkat dari Quito, ibu kota Ekuador, naik mobil. Memakan waktu 2,5 jam. Benar-benar menurut apa kata Google Maps.

Saya kira perjalanan ke sana cukup sulit. Melewati lereng gunung yang mungkin akan menanjak, menurun, atau menikung tajam. Tapi ternyata tidak. Jalannya lebar dan sepi. Kondisinya bagus, meski bukan berupa aspal mulus.

Kami ke sana karena tertarik oleh foto seorang kawan yang pernah tinggal di Ekuador. Ia pernah ke Laguna de Cuicocha. Karena fotonya bagus, dengan pemandangan gunung dan danau yang biru, kami memutuskan ke sana pada 23 Januari 2023.

Sesuai arahan peta digital, kami sampai di dataran yang cukup tinggi. Suasana lengang. Ada tanah lapang untuk parkir kendaraan. Serta bangunan rumah makan. Tapi tidak ada orang sama sekali. Bangunan itu pun kosong. Hanya ada anak-anak kecil yang sedang bermain bola.

Namun, maps menunjukkan bahwa tempat itulah lokasi Laguna de Cuicocha. Aneh. Masa tempat sebagus itu tak berpenghuni?

Tapi di balik nyasar, ada keindahan. Di tempat yang tinggi itulah view Laguna de Cuicocha terlihat dengan jelas dan indah.


PENULIS melihat keindahan danau Laguna de Cuicocha dengan penuh kekaguman. -Tri Novita untuk Harian Disway-

Danau yang besar dengan pulau kecil di tengah. Dari atas, airnya tampak berwarna hijau. Sangat jernih. Di sekitarnya adalah perbukitan. Bagi saya, Laguna de Cuicocha adalah Raja Ampat-nya Ekuador.

Salah seorang kawan menghampiri anak-anak itu. Kemudian bertanya tentang lokasi wisata yang benar. Mereka menunjukkan bahwa kami harus berjalan ke bawah. Sampai ke tepi danau. Di sanalah lokasinya. Jika sampai sana, kata mereka, ada loket masuk, rumah makan, sekaligus fasilitas perahu.

Tanpa pikir panjang, kami bertiga berjalan menuruni bukit. Dari kejauhan, terlihat bangunan-bangunan bercat putih. Sepi. Hanya terlihat beberapa penjaga. Setiba di bawah, kami menghampiri seorang penjaga. Kami bilang ingin pelesir.

Rupanya, tidak ada tarif masuk. Gratis. Kami menikmati pemandangan tepi danau, kemudian naik perahu. Kalau ini, tidak gratis. Tarifnya tiga dolar AS per orang. Atau sekitar Rp 45 ribu. Namun untuk berangkat mengelilingi danau, tidak boleh bertiga saja. Tukang perahunya enggak cuan. Alhasil, kami harus menunggu wisatawan lain.


SENYUM LEBAR penulis (kiri) dan teman-temannya saat naik perahu motor mengitari danau Laguna de Cuicocha. -Tri Novita untuk Harian Disway-

Tak berapa lama, datang wisatawan lokal. Sekeluarga. Bapak ibu dan seorang anak kecil. Juga beberapa saudara. Sudah sembilan orang terkumpul. Nahkoda menyalakan mesin. Kami berangkat menyusuri danau Cuicocha yang hijau kebiru-biruan.

Gelombang air tersibak, menciptakan riak-riak. Kami berputar-putar melewati bukit-bukit hijau, serta menyaksikan pulau kecil di tengah-tengah.

Kami kemudian bertanya. Mengapa wisata sebagus ini belum begitu terekspose? Nahkoda perahu hanya bilang, pemerintah Ekuador dan warga sangat menjaga kelestarian lingkungan Laguna de Cuicocha. Mereka memang tak ingin tempat wisata itu dijamah banyak orang, hingga rusak atau tercemar.

Wisatawan semakin ogah mendekat karena ada cerita rakyat yang berbau mistis. Konon, bukit-bukit hijau di sekitar Laguna de Cuicocha dihuni oleh para penyihir. Energi masa lalu masih sangat berpengaruh hingga saat ini. Maka, siapa saja yang datang tak boleh sembarangan membuang sampah, berkata kotor, dan sebagainya.

Tukang perahu bercerita, suatu ketika, ada wisatawan yang mendirikan tenda dan menginap di salah satu bukit. Mereka sudah diperingatkan bahwa tak boleh berbuat atau berkata buruk. Tapi tak diindahkan. Akibatnya, terjadi kebakaran.

Ia juga berkisah tentang pengemudi taksi yang kecelakaan. Mobilnya jatuh ke danau. ’’Sampai sekarang mobil dan supirnya tak ditemukan. Menghilang di dasar danau atau ditelan pusaran gaib,’’ tuturnya. Masyarakat Ekuador masih percaya dengan hal-hal mistis.

Terlepas dari benar-tidaknya, cerita rakyat itu justru menjaga kelestarian dan keasrian alam. Kisah-kisah yang melekat di benak tiap orang, secara tidak langsung membuat wisatawan menjadi waspada.

Kalau berdasarkan pengamatan saya sendiri, masyarakat Ekuador juga lebih suka liburan ke pantai daripada ke gunung. Apalagi saat weekend. Sebab, mereka sudah terlalu terbiasa melihat gunung. Kontur wilayah Ekuador dipenuhi dengan gunung dan perbukitan.

Danau Cuicocha pun merupakan bagian dari gunung aktif. Nahkoda perahu membawa kami ke salah satu sudut danau. Airnya beriak dan bergelembung. Samar-samar tercium bau belerang. ’’Ini buktinya. Danau Cuicocha berada di kawasan gunung aktif,’’ ujarnya.

Setelah puas mengelilingi danau, perahu kembali ke tempat asal. Saya dan dua kawan kembali ke atas bukit, lalu duduk di ketinggian. Pemandangan Laguna de Cuicocha dan alamnya yang tenang sangat cocok untuk merenung atau mencari inspirasi. Buat healing, apalagi. The best! (*)


-Tri Novita untuk Harian Disway-

 

 

Kategori :