Sepak Bola Jadi Korban Politik

Senin 27-03-2023,04:49 WIB
Reporter : Mohamad Nur Khotib
Editor : Tomy C. Gutomo

Lalu Soekarno punya sikap politik sendiri. Yakni dengan mendirikan Game of the New Emerging Force (Ganefo). Tetapi, kata Akmal, tetap saja eranya sudah jauh berubah. "Tidak mungkin kita bikin Piala Dunia sendiri. Kan lucu. Kita bukan FIFA. Kalau nolak aturan, ya jelas dibatalkan" ucapnya.

Toh, Indonesia juga pernah menerima Israel. Persisnya pada kualifikasi Piala Dunia di Langon, Myanmar, pada 1969 silam. Indonesia kalah melawan Israel.

Harusnya, sikap politik terhadap Israel itu bisa disampaikan di luar urusan olahraga. Misalnya, saat perhelatan Inter-Parlemen ke-138 di Bali tahun lalu. "Tapi, itu kan gak seksi bagi mereka. Dan sekarang, akhirnya sepak bola lagi yang jadi korban," terangnya.

Padahal, persiapan Piala Dunia U-20 ini menghabiskan dana yang tak sedikit. Tentu saja menyangkut renovasi stadion hingga pelatihan nasional. Tahun lalu, PSSI mendapat gelontoran Rp 100 miliar untuk persiapan timnas.

Belum lagi pengorbanan dari klub-klub sepak bola. Mereka terpaksa pindah markas untuk setiap pertandingan. Seperti Persebaya Surabaya, Persija, Persis Solo, Bali United. 

Intinya, persiapan Piala Dunia U-20 sudah sangat menguras tenaga dan biaya. Dan tak mungkin bisa diterima apabila berakhir konyol. Maka Akmal pun berharap PSSI bisa merebut kembali hati FIFA.

Ia berharap semoga masih ada celah untuk membujuk FIFA. Pro dan kontra soal Israel harus diselesaikan. Terutama lewat lobi-lobi politik. "Karena yang menolak itu politisi semua. Presiden pasti pusing karena yang melakukan ini dari PDIP. Kalau sampai Piala Dunia U-20 batal, PDIP akan cacat di mata publik," tandasnya. 

Kekecewaan serupa diungkapkan oleh para perwakilan klub sepak bola. Mereka tentu mendukung pelaksanaan Piala Dunia U-20. Merelakan klubnya diusir dari markas.

Salah satunya, Persebaya Surabaya yang berkandang di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT). Apalagi GBT telah lulus uji kelayakan dari FIFA sebagai salah satu venue laga pertandingan sepak bola tingkat dunia tersebut.

Persebaya pun pindah home base sementara ke Gelora Joko Samudro (GJS) Gresik. "Itulah wujud komitmen dari kami," ujar ketua Panitia Pelaksana Persebaya Surabaya Ram Surahman.

Meski demikian, Ram belum merencanakan sesuatu untuk merespons kabar buruk itu. Termasuk tidak berencana mengajukan izin untuk pulang ke GBT lagi. "Kami masih menunggu. Nanti setelah ada kepastian, kedepan bakal ada langkah-langkah selanjutnya," ujar Ram.

Begitu juga dengan sikap dari Bali United. Tim Serdadu Tridatu itu tak banyak menyusun rencana usai mendengar kabar batalnya agenda drawing di Pulau Dewata. Mereka fokus melakoni sisa empat laga pertandingan. "Kita menunggu surat resmi saja," jawab singkat CEO Bali United FC Yabes Tanuri, yang memindah home base klub asuhannya itu ke Stadion Sultan Agung Bantul, Yogyakarta.

Wakil Presiden Persija Jakarta Ganesha Putera yang amat kecewa. Meski pembatalan itu dianggapnya tak mengganggu rutinitas tim Macan Kemayoran. "Kami kecewa saja sebagai orang Indonesia," ujarnya singkat. (Mohamad Nur Khotib-Eko Setyawan)

 

 

Kategori :