Mantan Menteri Perumahan dan Pengembangan Kota Amerika Serikat Benjamin Solomon Carson Sr. dalam wawancara dengan The Washington Post, dimuat 20 Juni 2017, bertajuk Poverty really is the result of a state of mind, among rich people, menyebut miskin dalam pikiran sebagai poverty is a state of mind.
Itu, menurut Carson, diidap sekitar sepertiga populasi AS. Mereka merasa miskin meski sebenarnya tidak miskin.
Carson: ”Jika orang memiliki pola pikir yang benar, maka akan membuat orang keluar dari kemiskinan.”
Mungkin, itu pula yang diidap para korban penggandaan uang di Indonesia. Mereka, karena merasa miskin, perlu menggandakan uang dengan cara cepat.
Tapi, pendapat Carson dilawan Prof Joan Maya Mazelis. Dalam forum berita yang sama, yang dimuat The Washington Post. Mazelis adalah guru besar sosiologi di Rutgers University, Camden, AS. Ia menyanggah bahwa pendapat Carson adalah benar dan salah.
Benar untuk sebagian orang tidak miskin tapi merasa miskin. Sebaliknya, salah untuk orang yang benar-benar miskin atau miskin absolut.
Mazelis tidak asal debat. Ia melawan pendapat Carson berdasar hasil risetnya di Philadelphia, AS, yang dibukukan berjudul Surviving Poverty: Creating Sustainable Ties among the Poor (2017).
Mazelis: ”Masalahnya bukan orang yang hidup dalam kemiskinan perlu memiliki sikap yang lebih baik untuk keluar dari kemiskinan. Kita semua harus memiliki sikap yang lebih baik dalam hal orang miskin.”
Menurut Mazelis, Carson menggabungkan sebab dan akibat. Selama orang miskin merasa putus asa dan tidak berdaya, kemiskinan yang mereka hadapi itulah yang menyebabkan perasaan itu. Bukan sebaliknya.
Dijelaskan, sekitar 47 juta orang di AS hidup di bawah ambang kemiskinan. Kemiskinan tidak selalu berarti pengangguran atau penerima tunjangan kesejahteraan dari negara. Hanya sebagian kecil dari mereka yang berada di bawah garis kemiskinan resmi yang menerima tunjangan kesejahteraan.
Garis batas kemiskinan di AS adalah keluarga beranggota empat orang yang berpenghasilan USD 24.600 (Rp 369 juta) per tahun. Atau Rp 30,75 juta per bulan. Atau sekitar sejuta rupiah per hari.
Di bawah garis batas itu berarti miskin.
Nah, mereka yang berpenghasilan di bawah garis batas itu, menurut Mazelis, tidak bisa dijustifikasi seperti pendapat Carson. Sebab, mereka yang miskin itu sudah berjuang secara benar, berpikir benar, tetap saja miskin.
Tidak mungkin dibalik, bahwa karena mereka berpikir salah, akibatnya mereka jadi miskin. Tapi, mereka miskin absolut sehingga mungkin saja kemudian mereka berpikir secara salah.
Dikaitkan dengan klien dukun Wowon dan dukun Slamet, cocok dengan pendapat Carson. Yakni, para klien itu miskin dalam pikiran. Akibatnya bisa menjadi miskin beneran. Bahkan dibunuh dukun.
Pendapat Carson dan teori Mazelis bisa jadi renungan para calon korban dukun pengganda uang. Sebab, setelah dukun Wowon dan Slamet sudah dipenjara sekalipun, tetap bakal muncul dukun serupa. Karena ”pasarnya” ada. Yaitu orang yang merasa miskin.