SURABAYA, HARIAN DISWAY – Ramadan adalah momentum untuk berbagi. Spirit itulah yang dijalani oleh Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Farid Makruf. Pada Kamis, 6 April 2023, jenderal berbintang dua itu membagikan tak kurang dari seribu paket sembako untuk duafa dan anak yatim. Tempatnya di Masjid Cheng Hoo, Surabaya.
Paket itu disediakan oleh Yayasan Bhakti Persatuan, Perkumpulan Pengusaha Indonesia Tionghoa dan Paguyuban Masyarakat Tionghoa Surabaya. Pangdam pun begitu mengapresiasi uluran tangan dan bakti sosial tersebut. ’’Inilah hakikat persaudaraan yang tak mengenal ras, suku, dan agama. Yang mampu menolong mereka yang tidak beruntung,’’ ucap Farid Makruf. Jenderal kelahiran Madura itu pun berharap agar acara itu bisa berlangsung rutin. Tiap tahun. Dengan demikian, akan banyak spirit yang muncul. Yakni, spirit persaudaraan yang tinggi, juga spirit kebahagiaan bagi para dermawan dan penerima bantuan. Dalam momen itu, Pangdam juga mengungkapkan harapan dan doa agar para dermawan senantiasa diberikan kesehatan, kesuksesan, dan rezeki berlimpah.Foto bersama Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Farid Makruf (tengah) bersama para donatur dan penerima bantuan di Masjid Cheng Hoo Surabaya.-Pendam V Brawijaya- Kebahagiaan pun tergambar pada penerima bantuan itu. Rudi Kumanto, misalnya. Buruh bangunan berusia 38 tahun itu begitu berterima kasih kepada dermawan yang peduli. ’’Kami berdoa supaya Allah, Tuhan yang Mahakuasa, memberikan kesehatan, umur panjang, dan rezeki berlimpah untuk para dermawan tanpa terkecuali,’’ ungkapnya. Kalimat serupa juga muncul dari Rohmat Soleh, 28, penerima bantuan yang lain. Cinta Apika, 14, mewakili Ibunya, Sunarti, pun mengucapkan rasa syukur. ’’Bapak saya sudah tidak ada. Ibu saya yang bekerja. Jadi, ini buat kami makan. Terima kasih untuk orang yang sudah baik ini,’’ kata siswa kelas 2 SMP tersebut. Hermawan Santoso, Ketua Yayasan Bhakti Persatuan, menyampaikan bahwa pemberian bantuan itu memang rutin. Tiap tahun. Sasarannya adalah warga yang kurang mampu. ’’Semoga ini bisa meringankan beban mereka. Juga bisa memelihara serta menumbuhkan semangat persaudaraan,’’ sebut dia. Selama ini, mereka selalu menggandeng Perkumpulan Pengusaha Indonesia Tionghoa dan Paguyuban Masyarakat Tionghoa Surabaya. Perkumpulan itu tak dibatasi sekat agama, ras, dan suku. Dan pemakaian Masjid Cheng Hoo sebagai tempat acara juga punya makna besar. Masjid yang diresmikan pada 13 Oktober 2002 itu punya ciri khas kuat. Arsitekturnya bernuansa Tionghoa. Terinspirasi dari Masjid Nujie di Beijing, Tiongkok. Semua itu membuktikan Surabaya sebagai kota yang toleran. Bahwa semua agama, suku, dan ras di Indonesia sudah berjalin erat sejak lama. Termasuk warga Tionghoa yang juga punya andil dalam geliat kemasyarakatan di Nusantara. (*)