Yesus terjatuh yang Kedua kalinya ketika visualisasi jalan salib saat peringatan Jumat Agung di Gereja Katolik St Mikael, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (7/4/2023). -Julian Romadhon-Harian Disway
BACA JUGA:Kamis Putih, Paus Fransiskus Basuh Kaki 12 Napi Remaja
“Salam, Oh Guru Agung,” Yudas mencium dan merangkul-Nya. Yesus tersenyum. Menatap muridnya penuh kasih meskipun ia telah menjadi seorang pengkhianat. Ia tetap berbicara pada Yudas dengan lembut.
“Yudas, kau serahkan Anak Manusia dengan ciuman?” kata Sang Juru Selamat lembut. Di saat yang bersamaan terjadi kemelut di bagian depan. Para Prajurit Romawi yang tidak sabar meringsek masuk untuk melakukan penangkapan. Namun dihalangi oleh kesebelas murid-Nya.
Petrus, salah satu murid Yesus, menghunus pedang dan memotong telinga salah satu prajurit. Namun, Yesus justru menghardiknya. “Sarungkan pedangmu! Barang siapa menggunakan pedang, ia akan binasa oleh pedang. Sarungkan pedangmu, Oh Petrus!.”
Petrus dengan berat hati namun takzim pada perintah gurunya pun menurut. Pedang ia sarungkan lagi.
Adegan teatrikal berlanjut dengan alunan musik saat Yesus dibawa ke hadapan tiga Imam Agung Yahudi. Di istana juga tampak hadir para imam kepala, serta para ahli Taurat. Yang bersiap untuk bersidang dengan mencari-cari kesalahan Yesus.
Sejumlah umat Kristiani memerankan aktor dalam cerita jalan salib saat peringatan Jumat Agung di Gereja Katolik St Mikael, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (7/4/2023).-Julian Romadhon-Harian Disway
BACA JUGA:Series Jejak Naga Utara Jawa (57) : Perkawinan Budaya dalam Lezatnya Boga
Yesus pun dinyatakan bersalah dengan berbagai tuduhan: menyebarkan ideologi sesat, penistaan agama, provokasi, dan yang terberat: mengaku-aku sebagai Mesias: Sang Juru Selamat. Tuduhan tersebut lantas berujung pada Sang Immanuel diarak sepanjang kota menuju ladang penyaliban.
Adegan demi adegan diperankan oleh pemuda-pemudi Gereja Katolik Santo Mikael di Jalan Tanjung Sadari, Surabaya. Romo Paroki Gereja Santo Mikael, Joko SDB, menyebut bahwa aksi teatrikal Jalan Salib didasarkan pada kisah dalam Injil Yohanes. “Kisah sengsara Yesus Kristus untuk menebus dosa umat manusia. Sejak diadili hingga wafat-Nya di kayu salib,” jelasnya.
Saat itu ia didampingi narator, Sicilia Yorinta Sayoko. Turut mengikuti adegan demi adegan yang berlangsung mulai di halaman belakang SMPK Santo Mikael sebagai istana Keimaman Kayafas, berlanjut ke Taman Getsemani, tempat pengadilan, hingga ladang penyaliban.
Saya bahagia sekali anak-anak muda bisa bersatu mementaskan Jalan Salib. Prosesnya pun saya dampingi. Berjalan selama kurang lebih dua bulan,” ujar Romo Joko.
Romo berusia 59 tahun itu tampak menundukkan kepala ketika melihat adegan Yesus diadili. Pontius Pilatus, prefek atau Gubernur Romawi di Yudea, berdiri di panggung lapangan SMPK St. Mikael. Ia menyuruh prajurit membawa Yesus ke hadapannya. Di bawah panggung itu, massa telah berkerumun.
Mereka berteriak “Mesias palsu! Mesias palsu!” beberapa menimpali “Hukum mati orang itu! Salibkan dia!” teriak mereka. Menurut Romo Joko, kira-kira seperti itulah cerminan diri umat manusia ketika kita menyangkal kasih-Nya.
Begitu pula dalam adegan ketika massa lebih memilih membebaskan Barnabas, seorang kriminal, untuk ditukar dengan diri Sang Mesias,” jelas Romo Joko.