Mengenal Autoimun, Penyakit yang Menyerang Isyana Sarasvati

Jumat 21-04-2023,11:16 WIB
Reporter : Dr dr Robert Arjuna FEAS
Editor : Retna Christa

JAKARTA, Harian Disway - Jumat lalu, 20 April 2023, penyanyi Isyana Sarasvati mengungkapkan bahwa dirinya menderita penyakit autoimun. Tepatnya Systemic Lupus Erythematosus (SLE) atau yang acap disebut dengan Lupus saja. Selena Gomez merupakan contoh selebriti yang sudah bertahun-tahun mengidap Lupus. Dan harus menjalani berbagai pengobatan.  

Seorang sosialita Surabaya, sebut saja bernama Rina, juga menderita lupus sudah puluhan tahun. Tak kunjung sembuh. Bahkan sekarang ginjal ikut rusak dan harus cuci darah. Obat yang harus dikonsumsi juga semakin banyak.


SELENA GOMEZ menangis ketika menjalani perawatan penyakit lupus, seperti yang terlihat di film dokumenternya.-Apple TV+-

Kalau mendengar penyakit autoimun, pertanyaan yang langsung terlintas di kepala adalah, bisa sembuh enggak, ya? Sudah banyak cerita tentang pasien yang harus menjalani perawatan bertahun-tahun. Tidak membaik tapi malah kondisinya makin buruk. Apa sebenarnya penyakit autoimun itu, dan bagaimana penanganannya?

Penyakit autoimun adalah suatu kondisi ketika sistem kekebalan tubuh (imunitas) mengalami kesalahan dalam mengenali sel normal pada tubuh. Imunitas ini seharusnya melindungi sel normal. Namun ia malah menyerang sel normal. Caranya, dengan memproduksi zat antibodi. Antibodi tersebut membuat sel-sel tubuh kita yang normal jadi rusak atau hancur.

Imunitas seharusnya berfungsi menjaga tubuh dari intervensi sel-sel asing. Seperti bakteri, virus, jamur dan mikroorganisme patogen lainnya. Dengan cara mengirimkan pasukan sel imun yang menghasilkan zat antibodi untuk menyerang bakteri, virus, maupun parasit yang menyerang. Namun pada penyakit autoimun, sistem kekebalan justru menyerang sel tubuhnya sendiri yang justru dalam keadaan sehat.

Penyakit autoimun banyak sekali jenisnya. Tergantung dari jaringan atau organ apa yang diserang. Serta dibedakan pula dalam jenis pasukan imun apa yang menyerang tubuh. Sampai saat ini, ada sekitar 200 jenis penyakit autoimun yang berhasil diidentifikasi. Banyak banget, ya!

Dari varian sebanyak itu, ada beberapa jenis penyakit autoimun yang sering ditemukan. Seperti Reumatoid Artritis, Sistemik Lupus Eritematosus (SLE), Anemia Hemolitik, dan penyakit Graves. Ada pula Deep Vein Thrombosis, Myasthenia Gravis, Idiopatik Trombositopenia Purpura, Psoriasis Vulgaris, hingga Behcet Disease.

Penyakit autoimun ini sering sekali dianggap sebagai penyakit kutukan. Lantaran para dokter umumnya sulit mendiagnosa jenis penyakit autoimun yang diderita pasien. Gejala yang yang muncul dapat berbeda pada tiap orang. Meskipun mengidap jenis autoimun yang sama.

Sedihnya, sampai dengan saat ini belum ada satu pun penelitian yang dapat mengungkapkan penyebab dengan pasti apa pemicu (trigger) penyakit autoimun pada seseorang. Namun, disinyalir, penyebabnya adalah vaksin, kontak bahan kimia, infeksi, serta paparan radiasi.

Gejala Utama Autoimum
    1. Nyeri sendi dan bengkak
    2. Demam
    3. Masalah kulit
    4. Sakit perut atau masalah pencernaan
    5. Kelenjar bengkak
    6. Kelelahan dan pegal otot
    7. Demam ringan
    8. Rambut rontok
    9. Sulit konsentrasi
    10. Kesemutan di tangan dan kaki

Meski menimbulkan beberapa gejala awal yang sama, masing-masing penyakit autoimun tetap memiliki gejala spesifik. Seperti diabetes tipe 1 yang gejalanya berupa sering haus, lemas, dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas.

Penyebab Autoimum

Penyebab penyakit autoimun belum diketahui secara pasti. Tapi ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang menderita penyakit autoimun. Di antaranya, berjenis kelamin perempuan, memiliki riwayat penyakit autoimun dalam keluarga, memiliki berat badan berlebih atau obesitas, dan merokok.

Kemudian, menggunakan obat-obatan yang memengaruhi sistem kekebalan tubuh juga meningkatkan risiko penyakit autoimun. Misalnya obat simvastatin atau antibiotik. Terkena paparan bahan kimia atau cahaya matahari juga bisa. Dan berikutnya, menderita infeksi bakteri atau virus juga memperbesar risiko. Misalnya infeksi virus Epstein Barr.

Penyakit Autoimun yang Paling Umum

Lupus Erytomatosus: Lupus dapat memengaruhi hampir semua organ tubuh dan menimbulkan beragam gejala. Seperti demam, nyeri sendi dan otot, ruam kulit, kulit menjadi sensitif, sariawan, bengkak pada tungkai, sakit kepala, kejang, nyeri dada, sesak napas, pucat, dan perdarahan.

Multiple Sclerosis: Mati rasa pada salah satu bagian tubuh, gangguan penglihatan, otot kaku dan lemas, koordinasi tubuh berkurang, dan kelelahan.

Psoriasis: Penyakit ini dapat dikenali dari kulit yang bersisik dan munculnya bercak merah

Penyakit Graves: Gejalanya berupa kehilangan berat badan tanpa alasan yang jelas, mata menonjol, rambut rontok, jantung berdebar, insomnia, dan gelisah.

Myastenia Gravis: ditandai dengan kelopak mata terkulai, pandangan kabur, lemah otot, kesulitas bernapas, dan kesulitan menelan.

Thyroditis Hasimoto: gejala berupa berat badan naik tanpa sebab yang jelas, sensitif terhadap udara dingin, mati rasa di tangan dan kaki, kelelahan, rambut rontok, dan sulit berkonsentrasi.

Kolitis Ulseratif dan Chron Disease: penyakit ini adalah nyeri perut, diare, buang air besar berdarah, demam, dan berat badan turun tanpa sebab.

Rheumatoid Artritis: nyeri sendi, radang sendi, pembengkakan sendi, dan kesulitan bergerak.

Sindroma Gullen Barre: lemas akut, jika kondisinya semakin parah dapat berkembang menjadi kelumpuhan

Vasculitis: dengan gejala demam, penurunan berat badan tanpa alasan yang jelas, kelelahan, tidak nafsu makan, dan ruam kulit.

Penderita penyakit autoimun dapat mengalami flare. Yakni timbulnya gejala secara tiba-tiba dengan derajat yang berat. Flare (kambuh, Red) biasanya terjadi karena dipicu oleh sesuatu. Misalnya paparan sinar matahari atau stres. Pada masing-masing pasien, gejala bisa parah dan bisa ringan. Parah atau tidaknya gejala umumnya bergantung pada beberapa faktor. Mulai dari genetik, lingkungan, sampai kondisi kesehatan secara keseluruhan.

Komplikasi Autoimun
1.    Penyakit jantung
2.    Depresi atau gangguan kecemasan
3.    Kerusakan saraf
4.    Kerusakan organ, seperti hati atau ginjal

Penunjang Diagnosa
1.    Tes darah lengkap, untuk menghitung jumlah sel darah merah dan sel darah putih
2.    Tes sedimentasi eritrosit, untuk mengetahui tingkat keparahan peradangan dalam tubuh
3.    Tes ANA (antinuclear antibody), untuk mengetahui aktivitas antibodi yang menyerang tubuh
4.    Tes autoantibodi, untuk mendeteksi karakteristik antibodi dalam tubuh
5.    Tes C-Reactive protein, untuk mendeteksi peradangan dalam tubuh

Pengobatan Autoimun
1.    Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) seperti ibuprofen atau aspirin, untuk mengatasi nyeri
2.    Obat penekan sistem kekebalan tubuh, seperti kortikosteroid, untuk menghambat perkembangan penyakit dan memelihara fungsi organ tubuh
3.    Obat anti-TNF, seperti infliximab, untuk mencegah peradangan akibat penyakit autoimun rheumatoid arthritis dan psoriasis
4.    Terapi pengganti

Pecegahan Autoimun
1.    Berolahraga secara rutin
2.    Tidak merokok
3.    Menjaga berat badan tetap ideal
4.    Menggunakan alat pelindung ketika bekerja, agar terhindar dari paparan bahan kimia
5.    Menjaga kebersihan tubuh agar terhindar infeksi virus dan bakteri

Memang belum ada obat yang tepat untuk pengobatan penyakit autoimun. Maka perlu suatu pengobatan yang telaten dan panjang. Juga diperlukan mental baja, karena biasanya prosesnya cukup lama. Jangan bersedih. Patuhilah prosedur kesehatan. Semoga penyakitmu cepat teratasi secara tepat dan terarah. Semoga! (*)


Kategori :