Founder Harian Disway Dahlan Iskan sering bilang begini: Untuk yang baru pertama meniti karir, kerjakanlah sesuatu sampai Anda mahir, meskipun ekstremnya tidak menghasilkan. Atau dapat bayaran kecil. Maka ketika, Anda sudah mahir, uang yang akan mencari anda. Bukan sebaliknya. Semoga proses magang di kantor Abah -panggilan akrab Dahlan Iskan- menjadi titik karir saya di dunia sinematografi.
Gedung putih di depan Balai Kota Surabaya itu jadi tempat magang saya selama tiga bulan terakhir. Dosen pembimbing magang saya, Kun Muhammad Adi, S.I.Kom., M.I.Kom mengatakan, inilah salah satu tempat terbaik untuk magang.
Ada foto Abah Dahlan Iskan dengan tulisan Harian Disway di spanduk yang tertempel di dinding sampingnya. Sosok yang tidak asing bagiku. Ayah sering menceritakan sosok Abah Dahlan. Ia merasa beruntung pernah bekerja di bawah payung besar jaringan media mantan menteri BUMN era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu.
Inilah “sekoci kecil” Dahlan Iskan setelah tak lagi di gedung megah di Jalan A. Yani Surabaya: Graha Pena. Kisah tentang perpindahan Abah dari “kapal besar” di A. Yani Surabaya ke Harian Disway, tak perlu saya sebutkan di sini. Sepertinya, anda sudah tahu.
Bangunan media baru abah begitu sederhana. Cuma satu lantai. Dari fasade depannya sudah terlihat bahwa bangunan itu sudah sangat tua. Peninggalan Belanda.
Namun, siapa yang menyangka di “sekoci kecil” itu ada banyak sekali “kopasus” media yang tak pelit berbagi ilmu. Saya sebut kopasus karena jumlah orang di dalam Harian Disway tidak banyak. Namun, mereka bisa mengelola bisnis media dan menjadi pelaksana berbagai kegiatan bergengsi.
Sebut saja Surabaya Tourism Awards, Piala Presiden Wushu, Brawijaya Awards: Lomba Babinsa se-Jatim dan banyak lagi kegiatan lainnya. Tentu agak mustahil jika menengok fakta bahwa Disway lahir di awal Pandemi 2020 lalu. Umurnya masih balita (bayi tiga tahun).
Pemenang kategori makanan khas terenak se-Kecamatan Wiyung berfoto bersama Dahlan Iskan dan istri, dosen Tourism Culinary Business Universitas Ciputra Victor Yuwono, lurah Wiyung, dan Direktur Utama Harian Disway Tomy C. Gutomo di SWK Wiyung, 1 April 2023-FOTO: BOY SLAMET-HARIAN DISWAY-
Jaringan media yang ada di bawah payung Disway National Networks sudah menyebar di seluruh penjuru Indonesia. Kharisma dan pengaruh Abah Dahlan bikin geleng-geleng kepala.
Nama Disway diambil dari kode Dahlan saat jadi reporter: DIS. Sudah jadi tradisi di berbagai media bahwa nama penulis cukup disingkat dengan kode. Tinggal ditambahi dengan kata Way, maka jadilah media baru yang 1 Juni 2023 nanti genap berusia 3 tahun.
Dulu, Dahlan Iskan dikenal dengan raja koran. Jaringannya se-Indonesia. Namun jaman berubah. Konvergensi media tak bisa dihindari. Sebelum memulai Harian Disway edisi cetak (abah menyebutnya bukan koran), Abah Dahlan membuat podcast. Disokong oleh tim DBL yang dikelola putranya: Azrul Ananda. Ya, Presiden Persebaya.
Proses editing video untuk Harian Disway.-Yulian Ibra-
Tim redaksi juga membuat akun Instagram, TikTok, Twitter dan Facebook untuk mendukung era konvergensi media. Makin hari, payung Disway makin berkembang. Saat saya jadi peserta magang di Disway Internship Program Batch (DIP) III, redaksi memutuskan membuat akun youtube baru. Akun pertama Energi Disway mewadahi podcast abah. Sedangkanakun sayap yang kami buat untuk digunakan untuk menerbangkan konten redaksi.
Saya memilih bergabung bersama tim Sosmed Specialist. Sebetulnya, ada banyak pilihan magang di Disway. Mahasiswa bisa jadi reporter, videographer, editor video, desainer grafis, hingga content writer. Saya ambil yang saya suka: videographer dan editor video. Dilain sisi bidang ini selaras dengan jurusan yang aku ambil semasa dibangku SMK dulu. Saya suka mengabadikan momen yang tak bisa diulang kembali.
Ekspedisi Jejak Naga, proyek perdana yang saya kerjakan dimana tugas saya mengolah bahan video mentah hingga layak tonton melalui Instagram. Isinya tentang kehidupan Pecinan Pantura dan juga keragaman arsitektur, makanan, pakaian, kultur, dan bahasa.