Tahun ini Palm co dan Supporting co harus tuntas. Bahkan, Palm co disiapkan untuk go public. Guna mengejar mimpi menjadi perusahaan kelapa sawit terbesar di dunia. Juga, menjadi BUMN perkebunan pertama yang melantai di bursa saham.
Transformasi besar di BUMN perkebunan itu sejalan dengan transformasi besar di Kementerian BUMN. Sejak dipimpin Menteri Erick Thohir, kementerian yang menjadi semacam super-holding itu juga menyederhanakan berbagai peraturan untuk BUMN.
Untuk apa penyederhanaan aturan itu? Biar geraknya lebih lincah. Sekaligus mengendalikan agar tak menyimpang dari misi negara. Juga, biar tidak tumpang-tindih antara peraturan satu dengan lainnya. Yang bisa membuat masalah dalam pelaksanaannya.
Ada dua misi besar yang dibebankan ke PTPN. ”Selain mencetak laba, transformasi PTPN harus bisa mewujudkan misi negara. Yaitu, meningkatkan ketahanan pangan dan ketahanan energi,” kata Wakil Menteri BUMN Pahala Nugraha Mansyuri dalam Rakor PTPN Group 2023 di Hotel Merusaka, Nusa Dua, Bali, 19 Mei 2023.
Tahun 2027 menjadi tonggak target pencapaian dari semua transformasi itu. Yang dipopulerkan dengan tagline Plantformation. Kalau diterjemahkan kurang lebih menjadi transformasi perkebunan. Yang kini sedang ditanamkan menjadi kultur dari 70 ribu karyawannya di seluruh Indonesia.
Mengubah kultur kerja puluhan ribu orang bukan barang gampang. Tapi, melihat proses setahun belakangan, masa depan cerah sudah bisa dibayangkan. Tak ada gejolak dalam proses transformasi yang radikal itu.
Perbaikan kinerja mulai terlihat di semua lini bisnisnya. Apalagi, negara sebagai pemilik saham BUMN perkebunan terlihat begitu seriusnya. Mendorong BUMN perkebunan menjadi penggerak penting perekonomian Indonesia.
BUMN itu diharapkan tak hanya bergerak di sektor perkebunan. Tapi, merambah ke industri pangan dari hulu ke hilirnya. Menjaga penyediaan kebutuhan pangan rakyat Indonesia dan tetap dalam keterjangkauan. Yang misi itu tak mungkin dipercayakan penuh ke swasta.
Karena itu, sekarang mulai mencuat ke permukaan kemasan minyak goreng Nusakita. Merek baru yang diluncurkan untuk semua produk hilir dari hasil industri hulu PTPN Group. Juga, ada teh, kopi, dan gula Nusakita. BUMN tersebut memang sedang menggarap pasar ritel dari perkebunannya.
Tentu itu bukan untuk menggeser produk pangan dari swasta yang telah memenuhi pasar. Itu menjadi semacam bagian dari menjaga ketahanan pangan. Juga, menjadi kepanjangan tangan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat ketika barang langka seperti awal pandemi lalu.
Seperti diketahui, minyak goreng sempat kurang di pasar ketika harga CPO (crude palm oil) dunia melonjak tajam. Banyak perusahaan memilih mengekspor barangnya ketimbang memenuhi kebutuhan dalam negeri. Meski, telah diberlakukan DMO (domestic market obligation).
Karena itu, masuknya BUMN Group ke pasar ritel sangat penting untuk ini. Menjaga keberadaan kebutuhan pangan masyarakat. Bahkan, jika diperlukan, menjaga stabilitas harga dari guncangan-guncangan akibat dispute antara supply dan demand.
Mana mungkin fungsi sosial ekonomi itu dibebankan ke swasta? Namun, untuk menjalankan peran tersebut, BUMN harus sehat. Di sinilah Plantformation itu menjadi sangat penting: Meningkatkan kinerja perusahaan agar memiliki cuan (laba) sehingga bisa menjalankan misi ketahanan pangan dan energi.
Saya hanya sekrup kecil dari mesin besar yang sedang bergerak melalui transformasi perusahaan. Tapi, saya ikut bersemangat karena buah Plantformation itu sudah mulai membuncahkan fajar. Sudah mulai berbuah. Sebagian sedang jadi pencit (buah mangga muda, Red), sebagian masih ranum, dan sebagian telah masak.
Yang pasti, akhir pekan ini buah Plantformation telah mengobati kekangenan saya akan pertunjukan Padi Reborn. Yang tampil apik di penghujung rakor PTPN Group selama tiga hari di Bali. Tampil memeriahkan pemberian penghargaan untuk anak-anak perusahaan yang berprestasi dalam berbagai kategori.
Setelah itu, masih dapat bonus foto bersama para musisi yang besar dari Surabaya ini. ”Kita foto keluarga dulu. Sudah lama tak jumpa,” kata Fadli, sang vokalis, sambil mempersilakan saya duduk di antara mereka. (*)