Laut dikelola dengan serampangan atau tidak dikelola sama sekali. Rusaknya terumbu karang akibat limbah manusia merusak seperempat biota laut yang bergantung padanya. Sedikitnya setengah miliar manusia menggantungkan hidup pada laut.
Dampak utama dari pengerukan pasir adalah kerusakan biota laut yang mengakibatkan binatang laut kehilangan bahan makanan dan tidak punya tempat untuk tinggal. Jika makhluk laut sudah menghilang, para nelayan tidak punya mata pencaharian untuk hidup.
Presiden Jokowi sangat bangga dengan program hilirisasi industri yang memberi nilai tambah bagi produk ekspor Indonesia. Tidak ada komoditas mentah yang boleh diekspor kecuali sudah diolah untuk memberikan nilai tambah. Ironisnya, dalam kasus pasir tambang ini, tidak ada nilai tambah yang didapat karena tidak ada pengolahan apa pun yang dilakukan.
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) mengkritik kebijakan itu. Langkah tersebut dianggap sebagai langkah mundur jauh ke belakang dalam perlindungan dan pengelolaan sumber daya pesisir dan laut Indonesia, termasuk perlindungan wilayah tangkap nelayan yang merupakan produsen pangan laut utama di Indonesia.
Masyarakat pesisir di Indonesia sedang berhadapan dengan ancaman dampak buruk krisis iklim berupa tenggelamnya desa-desa pesisir, termasuk tenggelamnya pulau-pulau kecil di Indonesia akibat kenaikan air laut. Tren global kenaikan air laut adalah 0,8–1 meter.
Walhi menyampaikan bahwa pada masa yang akan datang, 115 pulau kecil di perairan dalam Indonesia dan 83 pulau kecil terluar akan tenggelam gegera kenaikan air laut. Dengan ekspor laut itu, ancaman tenggelamnya desa-desa pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia akan makin cepat.
Di Kepulauan Seribu, telah ada enam pulau kecil yang tenggelam akibat ditambang untuk kepentingan reklamasi di Teluk Jakarta. Di Pulau Kodingareng, Sulawesi Selatan, tambang pasir laut telah mengakibatkan air laut menjadi keruh. Banyak nelayan di Indonesia yang telah menjual perahu milik mereka untuk menyambung hidup karena laut tidak bisa menjadi andalan hidup.
Di masa lalu kita bisa menyenandungkan lagu Kolam Susu dengan ruang gembira. Lagu itu hanya tinggal kenangan dan akan dinyanyikan dengan nada getir dan sumbang. (*)