HARIAN DISWAY - Pada 1 November 1929, Stasiun Weltevreden (sekarang Gambir) dan Stasiun Surabaya Gubeng mendadak penuh sesak oleh pejabat dan pegawai perusahaan jawatan kereta api Staatsspoorwegen (SS).
Hari itu adalah momen sejarah keberangkatan pertama kereta api Eendaagsche Expres. Kereta ber-lokomotif uap ini akan melayani relasi Surabaya Gubeng-Weltevreden dengan program pemecahan rangkaian di Stasiun Kroya.
Di stasiun yang terletak di Kabupaten Cilacap tersebut, rangkaian Eendaagsche akan dipecah menjadi dua. Beberapa gerbong akan ditarik menuju tujuan akhir Stasiun Bandung, sisanya ditarik ke tujuan akhir Stasiun Weltevereden (Gambir).
BACA JUGA:GUSDURian Kampanyekan Toleransi di Untag Surabaya
BACA JUGA:Kronologi Pembunuhan Angelina, Mahasiswi Ubaya Yang Mayatnya Ditemukan di Jurang Pacet
Iklan yang berisi pengumuman KA Java Nacht Expres beserta tarifnya. -de Locomotief-
Demikian juga untuk perjalanan dari barat ke timur. Dua rangkaian dengan tujuan yang sama, Surabaya berangkat dari stasiun Bandung dan Weltervreden. Kemudian, dua rangkaian disatukan di Kroya untuk kemudian ditarik menuju Surabaya.
SS melakukan banyak inovasi demi memanjakan penumpangnya. Termasuk pada tahun 1936, SS melahirkan layanan kereta api malam pertama di Hindia Belanda dengan kemewahan ala hotel bintang 5.
Java Nacht Expres dilengkapi dengan kursi yang bisa diubah menjadi kasur. Seakan mengerti kebutuhan penumpang, SS juga menyajikan sarapan dan makan malam di atas kereta api.
BACA JUGA:Angelina dan Roy Menjalin Asmara, Sang Ayah Bilang Dia Cuma Ingin Peras Anaknya.
Selain peluncuran kereta api malam, pada tahun 1940, SS menambahkan pendingin ruangan di dalam kereta menggunakan balok es yang dihembuskan dengan kipas.
Iklan yang berisi informasi penambahan pendingin ruangan di kereta api Eendaagsche Expres. -Soerabaiasch Handelsblad-
Keberadaan dua kereta api ekspres ini merupakan sebuah kemajuan yang masif bagi SS. Sebelumnya, masyarakat yang hendak bepergian dari Surabaya ke Jakarta maupun sebaliknya harus menempuh waktu selama 3 hari 2 malam.
Sedangkan kereta api itu hanya memakan waktu tempuh 13 jam pada hari-hari awal beroperasi. Durasi perjalanan pun semakin meningkat hingga 12 jam pada tahun 1939. Ini tidak jauh berbeda dengan kecepatan perjalanan kereta masa kini yang bisa memakan waktu 10 hingga 12 Jam.
BACA JUGA:Poros Kebangsaan IKN Mulai Dibangun