SURABAYA, Harian Disway – Tak terasa, hotel bersejarah di Surabaya, Majapahit, sudah berusia 113 tahun. Properti yang dulu bernama Hotel Yamato itu menggelar pentas teatrikal yang menghadirkan para seniman Surabaya pada Minggu pagi, 11 Juni 2023.
Acara yang dibuka dengan penampilan dari Amadeus Enterprise, sebuah kelompok orkestra. Para pemusiknya mengenakan kemeja putih dan celana hitam, plus dasi kupu-kupu dan topi bowler. Mirip Charlie Chaplin. Mereka mengiringi penari balet yang mengenakan gaun merah serta stoking putih. Melambangkan bendera merah putih.
Setelah penari balet menyelesaikan tampilannya yang luar biasa, masuklah seseorang yang disebut-sebut sebagai Notodipuro. Ia membawa bendera merah putih dan berteriak lantang, ’’Merdeka!’’
Pemeran sosok Notodipuro saat membawa bendera merah putih dan menyerukan kata 'merdeka'-Syahrul Rozak Yahya-
Setelah bendera merah putih dikibarkan beberapa kali, muncullah tentara Belanda yang mencoba untuk menggoyahkan sosok Notodipuro yang sedang sikap hormat terhadap sang saka merah putih. ’’Turunkan benderanya! Yang benar adalah bendera yang ada warna birunya. Turunkan itu,” kata seorang aktor yang memerankan tentara Belanda.
Setelah adegan tersebut, orkestra kembali menyapa penonton dengan lagu Berkibarlah Benderaku. Sosok Ibu Sud—alias Saridjah Niung, pencipta lagu tersebut—muncul. Dikisahkan bahwa dia melihat menjadi saksi Notodipuro yang dipaksa menurunkan bendera merah putih.
Penampilan teatrikal itu juga dimeriahkan oleh komunitas sepeda kuno Senopati yang berbaris di belakang Amadeus Orkestra. Mereka ikut menyanyikan lagu Berkibarlah Benderaku dengan heboh dan semangat.
Acara dilanjutkan dengan penampilan Cak Dimas dari band Sekaring Jagad yang membawakan lagu Kami Anak Negeri. Penampilan itu kemudian disambung dengan lagu untuk Soekarno yang juga dinyanyikan oleh Cak Dimas dan Ning Yulita.
Penimpalan pertunjukan musik dari Amadeus Orkestra pada acara HUT 113 Hotel Majapahit Surabaya-Syahrul Rozak Yahya-
Kali ini, vokalis laki-laki dari Amadeus Enterprise mengambil alih dengan menyanyikan lagu Tanjung Perak dengan mengajak semua penonton menyanyikan lagu tersebut. Terang saja penonton langsung antusias kala disuruh ikut bernyanyi.
’’Saya kira, kita harus sering-sering mengangkat tema-tema semacam ini. Yang kegiatannya memberdayakan kawan-kawan muda. Supaya bakat-bakat mereka tersalurkan,’’ ungkap GM Hotel Majapahit Kahar Salamun.
’’Edukasi mengenai sejarah adalah hal yang harus selalu kita ingatkan pada teman-teman. Apalagi kan hotel Majapahit ini tidak lepas dari sejarah perjuangan bangsa,” lanjutnya. Ya, penyobekan bendera Belanda pada 19 September 1945 terjadi di atap hotel legendaris tersebut.
Acara teatrikal itu diarahkan oleh Cak Heri Lentho. Ia berperan sebagai art director, koreografer, sekaligus stage manager. Ia sengaja menampilan happening art yang tujuannya adalah memberdayakan banyak kalangan. Sekaligus melibatkan audiens dalam pementasan.
Karena itulah, ia berkolaborasi dengan berbagai komunitas seniman. Mulai dari kelompok orkestra sampai komunitas dance anak-anak.
’’Dari tahun kemarin kita sudah berencana membuat format baru tentang peristiwa perobekan bendera biar lebih menarik. Tahun ini, makanya kita sajikan dengan orkestra,’’ jelas Heri Lentho.
Penampilan Teatrikal oleh para seniman Surabaya di acara ulang tahun hotel Majapahit yang ke-113 bersamaan dengan Car Free Day-Syahrul Rozak Yahya-