Teatrikal Surabaya Juang 2025 Angkat Peran Penting Bu Dar Mortir dan Lukitaningsih

Teatrikal Surabaya Juang 2025 Angkat Peran Penting Bu Dar Mortir dan Lukitaningsih

TEATRIKAL Surabaya Juang 2025 menggambarkan perlawanan Arek-Arek Suroboyo dalam pertempuran di Surabaya. Kontak senjata menewaskan Soegiarto, pemain bola legendaris Persebaya waktu itu.-Tirtha Nirwana Sidik-Harian Disway-

HARIAN DISWAY - Parade Surabaya Juang mengobarkan kembali semangat generasi muda dalam mengisi kemerdekaan. Kali ini, kiprah dua tokoh perempuan yang jarang dibahas, bahkan dalam buku sejarah sekalipun, menjadi fokus teatrikal.

Awan tebal menggantung di atas Tugu Pahlawan pada Minggu siang, 2 November 2025. Udara yang sedikit sejuk membuat warga Surabaya memadati lokasi teatrikal Parade Surabaya Juang tersebut.

Tahun ini, pemerintah kota (pemkot) mengusung tema Surabaya Epic.

Tumpukan karung goni, rumah burung merpati, dan tulisan-tulisan penyemangat perjuangan menghiasi “panggung” teatrikal. “Liberte, egalite, fraternite.” Tiga kata yang berarti kebebasan, kesetaraan, dan persaudaraan itu tertulis jelas di atas kain putih. 

BACA JUGA:Rekayasa Lalu Lintas Jelang Parade Surabaya Juang 2025, Catat Rute, Penutupan Jalan, dan Lokasi Parkirnya!

BACA JUGA:Parade Surabaya Juang 2025 Angkat Sosok Laskar Putri Lukitaningsih, Rini Eri Cahyadi Tampil sebagai Pemeran Utama


WALI KOTA SURABAYA Eri Cahyadi dan istri, Ning Rini, mengapit Tri Rismaharini yang datang besama keluarga menyaksikan Surabaya Juang Minggu, 2 November 2025.-Tirtha Nirwana Sidik-Harian Disway-

Sekitar pukul 14.00 WIB, empat mobil hitam menuju “panggung”. Penumpangnya adalah Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Rini Indriyani, Wakil Wali Kota Surabaya Armuji, serta Iswahyurini. 

“Halooo…,” sapa Ning Rini, istri wali kota, sembari menyalami anak-anak yang berdiri di belakang pagar pembatas. Selain anak-anak dan remaja serta pemuda, sejumlah orang tua bahkan yang sudah lanjut usia pun terlihat di antara para penonton. 

“Ngung... Nguung… Ngungg!” Raung sirine mengawali teatrikal Bu Dar Mortir, Ratu Tempur Surabaya 45, yang skripnya ditulis oleh Heri Lentho.

Suasana genting, Arek-Arek Suroboyo terbakar amarah karena tentara Inggris dan sekutunya datang kembali.

BACA JUGA:Parade Surabaya Juang 2023 Sukses Digelar, Semua Sesuai Jadwal

BACA JUGA:Catatan dari Parade Surabaya Juang 2023: Wali Kota Terlambat, Spirit Kepahlawanan Hilang

Segerombolan perempuan membawa bambu runcing dalam balutan pakaian serba putih. Alunan lagu mengiringi teatrikal itu, “Di antara dentuman meriam. Di balut asap mesiu dan tembok yang retak. Terselip satu suara, lembut. Namun, tidak tergoyahkan.” Demikian lirik lagu tersebut. 

Bu Dar Mortir adalah pejuang perempuan yang menggagas dapur umum untuk mendukung perjuangan Arek-Arek Suroboyo.

Dia memang tidak mengacungkan senjata ke arah musuh, tapi kerja kerasnya untuk membuat perlawanan tetap berkobar tak bisa dipandang sebelah mata.

Perempuan tua yang suka menyirih itu memastikan perut para pejuang tidak keroncongan. Pada laman resminya, Komunitas Roodebrug Soerabaia menuliskan bahwa Bu Dar Mortir rela menjual perhiasannya untuk membelanjakan bahan makanan bagi para pejuang.

BACA JUGA:Parade Juang Surabaya 2024: Drama Kolosal Kenang Heroisme Arek Suroboyo

BACA JUGA:Rumah Kelahiran Bung Karno dan Perjuangan Meluruskan Sejarah: Soekarno Arek Suroboyo!


PEREMPUAN MUDA Surabaya tempo dulu ikut angkat senjata dalam perlawanan mengusir penjajah. Dalam teatrikal, mereka digambarkan membawa bambu runcing sebagai senjata. -Tirtha Nirwana Sidik-Harian Disway-

Dia pula yang mendirikan dan mengatur pos Palang Merah Indonesia (PMI) untuk mengobati para pejuang yang terluka. 

Kisah heroik lain tentang tokoh perempuan ditampilkan lewat perjuangan Laskar Putri. Lukitaningsih yang diperankan Ning Rini adalah tokoh penting yang membuat semangat para pejuang tetap menyala.

“Kita para perempuan tidak akan bersembunyi di balik pintu. Kita lahir dari rahim yang sama. Rahim Indonesia merdeka. Jika para pemuda mengangkat bambu runcing, kita pun mengangkat sumpah yang sama,” tegas Rini membacakan puisinya. 

Lukitaningsih juga memiliki peran penting di dapur umum untuk memastikan makanan tersedia. Demikian pula obat untuk merawat luka para pejuang. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: