’’Kita juga ada formula atau metodologi selalu melibatkan anak kecil hingga orang dewasa biar tau nilainya. Bagaimana orang negeri itu harus cinta tanah air. Bahkan kita juga menghadirkan sebuah lagu komposisi untuk Soekarno, karena bulan Juni kan bulan Bung Karno,’’ tuturnya.
Heri Lentho mengungkapkan, proses latihan untuk teatrikal itu hanya dilakukan sekali. Merangkap geladi bersih. Hal itu dibenarkan Patrisna May Widuri, konduktor Amadeus Orkestra.
’’Kita latihan baru kemarin, hari Jumat. Sekalian dengan anaknya pak Kahar yang main biola. Tinggalnya di Bali. Baru kemarin join,’’ tutur Patrisna. ’’Kita juga diajak langsung sama Cak Heri buat acara ini. Kan kebetulan tujuan hati dan pikirannya sama, jadi enak kalau ngomong,’’ imbuh dia.
’’Untuk konteks berkesenian juga sama. Bukan hanya membuat produk seninya. Tapi di balik produk itu ada maknanya. Ada latar belakangnya. Makannya kita wujudkan dalam bentuk seni seperti ini. Memang sudah ciri khas beliau seperti itu,’’ papar Patrisna.
’’Makanya kalau ada model seni sing aneh-aneh iku ya wis garapane beliau, sing dijungkrakno bolo-bolonya itu,’’ imbuh dia, lantas tertawa. (*)