Puri Ageng Blahbatuh, Gianyar (1): Kini Tanpa Raja

Jumat 07-07-2023,09:40 WIB
Reporter : Guruh Dimas Nugraha
Editor : Heti Palestina Yunani

HARIAN DISWAY - Meniti jejak Kediri dan Majapahit di Bali, perlu mengunjungi Puri Ageng Blahbatuh. Di situ terdapat keluarga kerajaan yang merupakan anak-keturunan Sri Aji Kepakisan, keturunan Airlangga yang ditunjuk Majapahit untuk menjadi penguasa vasal Bali.

Dinding bata merah membujur di sudut utara Jalan Udayana, Blahbatuh, Gianyar. Relief Dewa-Dewi terukir berjarak. Itulah dinding yang melingkupi ruang istana Puri Ageng Blahbatuh. Kediaman bangsawan Bali, keturunan dari Sri Aji Kepakisan.

Gerbang utama puri menghadap ke barat. Di sebelah utara adalah perempatan yang cukup ramai. Akses menuju pusat Kota Gianyar. Seperti lazimnya puri di Bali, pasti dekat dengan perempatan. Sebagai Kaja-Kangin, atau simbol kedekatan keluarga puri dengan masyarakat.

Di pintu masuk tersebut terdapat bangunan berukuran besar dan tinggi. Agung Niti, perwakilan puri menyambut. Dia mengenakan pakaian adat Bali dengan selempang kain di pinggang. "Sebenarnya, di bagian paling atas bangunan itu terdapat arca Wisnu mengendarai Garuda. Arca yang mirip dengan logo Universitas Airlangga, Surabaya. Tapi karena sudah termakan usia, patung itu sementara diturunkan," ungkapnya.
Ruang dalam Puri Ageng Blahbatuh, Gianyar. Tampak Ageng Niti, salah satu perwakilan keluarga kerajaan. -Julian Romadhon-

Ruang-ruang puri berada di sisi kiri. Gapura candi bentar menjadi penanda akses masuk. Di situ terdapat beberapa balai. Sisi paling utara, tampak beberapa keluarga puri sedang bercengkerama. Ramah menyapa, sembari mengatupkan tangan dan tersenyum. "Selamat datang di puri kami, Puri Ageng Blahbatuh," sapa salah seorang dari mereka.

Agung mengajak kami untuk berbincang di balai tengah. Ukurannya cukup luas. Di situ terdapat beberapa pajangan lukisan Batara Wisnu, serta foto-foto keluarga bangsawan Blahbatuh. Dari banyaknya figur Batara Wisnu di puri tersebut, mengindikasikan bahwa Puri Ageng Blahbatuh bercorak Waisnawa, atau memuja Wisnu sebagai Dewa Pemelihara Alam Semesta. 

Sebuah kursi tandu, di bawahnya terdapat dua batang bambu berukuran besar. "Oh, kursi bambu itu tempat duduknya raja. Kalau dulu beliau ingin berkeliling, diarak menggunakan tandu itu," ujarnya.

Apakah Puri Ageng Blahbatuh ada rajanya? Agung tersenyum. "Terakhir, mendiang ayah saya. I Gusti Ngurah Djelantik XXIV. Raja ke-24. Setelah beliau meninggal, tak ada yang jadi raja," ujarnya. Dia lantas membetulkan kacamata tebalnya, lalu menerangkan, "Bukan tak ada penerusnya. Kalau penerus ada. Tapi tak ada yang bersedia menjadi raja".

Sebab upacara pelantikan raja memakan biaya sangat besar. Bisa mencapai Rp 1 miliar. Harus mendatangkan tamu undangan. Termasuk para raja di Bali dan raja-raja di Nusantara, masyarakat umum dan sebagainya. "Piranti upacara, konsumsi, dan lain-lain. Kalau mau jadi raja, paling tidak harus siap dana besar," terang perempuan 57 tahun itu.
Ageng Niti, puteri tertua mendiang I Gusti Ngurah Djelantik XXIV, raja sebelumnya. -Julian Romadhon-

Agung merupakan anak tertua dari Gusti Ngurah Djelantik XXIV. Secara trah, dia, puteranya atau saudara lelakinya bisa menjadi raja. Namun, Agung tak bersedia. "Ya itu tadi, harus siap dana besar. Apalagi seorang raja tidak boleh berbisnis. Tidak boleh keluar sembarangan. Harus dikawal. Jadi ke mana-mana harus ada pengiringnya," ungkap sulung lima bersaudara itu.

Terlebih, seorang raja harus senantiasa memberi. Setiap orang yang datang menghadap, misalnya sedang mengalami kesusahan atau masalah tertentu, raja harus memberi solusi. Paling tidak menyerahkan bantuan finansial. 

"Sederet syarat itu cukup berat, kan. Apalagi sekarang seorang raja hanyalah simbol. Buat apa. Lebih baik bersama-sama membangun Bali dan bangsa ini dengan prinsip kesetaraan. Juga persatuan," ungkapnya.

Dia lantas menerangkan beberapa bagian dalam Puri Ageng Blahbatuh. Puri itu dibagi dalam tiga ruang kompleks tempat tinggal. Yakni Saren Delot, Saren Kangin dan Saren Delot Dangin. "Membujur dari barat ke timur. Di Bali, terdapat 17 Puri Ageng. Puri kami ini adalah salah satunya. Kami masih berkerabat dengan keluarga bangsawan Karangasem," ungkapnya.

Leluhur Kerajaan Blahbatuh berasal dari Bali. Jika ditarik ke atas, mereka memiliki trah dari Maharaja Airlangga, penguasa Kerajaan Kahuripan. Airlangga menurunkan raja-raja penguasa Kadhiri atau Kediri. Setelah ditaklukkan Ken Arok, Raja Jayasaba, ditunjuk untuk memerintah sebagai adipati di Kediri.
Denah Puri Ageng Blahbatuh. Terdiri dari beberapa ruangan yang ditinggali para keluarga bangsawan. -Julian Romadhon-

Jayasaba memiliki anak bernama Jayakatwang, yang sempat memberontak pada penguasa Singhasari. Ia berhasil dikalahkan oleh Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit. Anak-keturunannya, masih diberi tempat di kerajaan besar itu. Hingga pada era Hayamwuruk, Patih Gajah Mada memerintahkan Arya Kepakisan untuk menjadi penguasa di vasal atau daerah bawahan Majapahit di Bali.

Kategori :