Dinamika Atmosfer di Indonesia yang Sebabkan Perubahan Cuaca Harus Bikin Siapa Saja Waspada pada Bencana Alam

Jumat 15-09-2023,01:01 WIB
Reporter : Rachmaddani Rizki Saputra
Editor : Heti Palestina Yunani

HARIAN DISWAY - Saat musim kemarau panjang datang seperti ini, Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengungkap dinamika atmosfer di Indonesia. Fenomena yang menyebabkan curah hujan yang cukup tinggi hingga menyebabkan banjir bandang.

Ia menyebutkan jika sirkulasi bencana di Indonesia rupanya dipengaruhi oleh beberapa faktor. sebagaimana kebakaran hutan di Gunung Bromo yang dapat terjadi di musim penghujan. Juga banjir yang dapat terjadi di musim kemarau. “Juli hingga Agustus lalu kita masuk ke puncak musim kemarau,” ujar Muhari.

BACA JUGA:Banjir Lahar Semeru, Kenali Perbedaan Lahar Dingin Dan Lahar Hujan

Hal tersebut, menurut Muhari dapat terjadi dikarenakan adanya fenomena-fenomena regional yang membuat berkumpulnya komponen-kompeonen awan hujan yang kemudian mampu merubah sirkulasi, karakteristik, atau merubah cuaca dalam satu minggu ini bahkan dapat berlanjut ke minggu-minggu selanjutnya.

Faktor pertama penyebab dinamisnya atmosfir di Indonesia adalah adanya fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) yang bergerak dari barat ke timur yaitu dari Samudera Hindia menuju Samudera Pasifik melewati indonesia.

Berdasarkan pantauan BNPB, kini MJO sedang berada pada fase ke 2 yakni dari Samudera Hindia bergerak menuju indonesia, maka dari itu hujan masih turun di beberapa wilayah indonesia meskipun sudah masuk musim kemarau.

Siklus ini sudah dipastikan akan terjadi setiap tahunnya dengan diikuti oleh angin kering yang membawa hawa kemarau setelah hujan lebat.

BACA JUGA: Banjir Rendam Puluhan Rumah Pangandaran

Selain MJO, ada juga siklus perambatan gelombang Kelvin yakni perpindahan gelombang panas yg terbentuk di Samudera Pasifik dan Samudera Hindia kemudian bergerak dari barat ke timur.

Di indonesia sendiri gelombang Kelvin berkontribusi terhdap pembentukan awan hujan, sehingga pada awal Juli 2023 lalu sudah didapati pembetukan awan yang cukup tebal di wilayah Kalimantan Timur dan Sulawesi.

Kemudian terdapat siklus gelombang Rosby yang memindahkan gelombang panas dari daerah tropis ke kutub dan udara dingin ke daerah tropis serta bergerak dari timur ke barat.

Selain berperan terhadap pebentukan awan hujan, gelombang Rosby juga menjadi faktor penyebab meningkatnya curah hujan di indonesia. Awan dari hasil gelombang ini ditemui di Kalimantan Barat dan Sumatera pada awal Juli 2023 lalu.

BACA JUGA: Tidak Hanya Lumajang, Banjir dan Longsor Juga Terjang Kabupaten Malang

Melihat cuaca dan fenomena yang mempengaruhinya sering berubah-ubah, Muhari mengajak masyarakat agar membiasakan diri untuk melihat perkiraan cuaca dan mempersiapkan diri baik individu maupun keluarga untuk mengurangi potensi risiko terdampak bencana. (*)

Kategori :