UNIVERSITAS Airlangga kehilangan salah seorang putra terbaiknya. Prof. Dr. Agung Sosiawan, drg., M.Kes., M.H. Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga itu baru saja berpulang. Dalam usia yang relatif muda, 52 tahun, Agung Sosiawan telah wafat. Ia meninggalkan banyak kenangan dan warisan yang berharga.
Sosok yang dikenal humoris di kalangan teman-temannya itu dipanggil Tuhan. Saya mengenal Pak Agung sebagai sesama dekan di lingkungan Universitas Airlangga periode 2020–2025. Kami sama-sama dikenal sebagai dekan paling ”berbobot”. Kami sama-sama suka makan. Berat badan saya 90 kilogram dan Pak Agung kira-kira 10 kilogram lebih berat daripada saya.
BACA JUGA:Satu Abad Aula Fakultas Kedokteran Unair (1 ): Pertahankan Orisinalitas Demi Kesakralan
BACA JUGA:Satu Abad Aula Fakultas Kedokteran Unair (2) : PR Kembalikan Ornamen ke Bentuk Asal
Kami sering menertawai diri sendiri karena kelebihan berat badan. Gemuk, bagi kami berdua, adalah bukti kami suami yang sayang dan bahagia hidup bersama keluarga. Kalimat itulah yang beberapa kali diucapkan Pak Agung untuk menanggapi godaan teman-teman ketika kami dinilai makan berlebih.
BAGONG Suyanto dan Agung Sosiawan bersahabat sejak lama. Kini Agung sudah kembali ke sisi-Nya.Multidisiplin
Dalam berbagai kesempatan, Pak Agung sering memperkenalkan diri bukan sebagai seorang dokter gigi. Pak Agung sembari bercanda sering mengatakan bahwa dirinya adalah orang FISIP (fakultas ilmu sosial dan ilmu politik). Buktinya, namanya adalah Agung Sosiawan.
Sosiawan, kata Pak Agung, berasal dari kata ”sosial”. Meski gelarnya dokter gigi, jiwanya adalah jiwa sosial. Itu pengakuan dan klaim Pak Agung. Kami sering bergurau bahwa bila perlu kami bertukar tempat. Saya menjadi dekan di FKG dan Pak Agung menjadi dekan di FISIP Universitas Airlangga.
BACA JUGA:Bagong Suyanto Raih Peringkat 6 dari 100 Top Social Scientist
Guyonan yang dilontarkan Pak Agung bukan tanpa makna. Pak Agung adalah salah seorang akademisi di Universitas Airlangga yang percaya bahwa ilmu tidak mungkin hidup soliter. Tidak mungkin satu disiplin ilmu mampu membuktikan manfaatnya jika hanya berkutat pada bidang keahliannya sendiri.
Pak Agung yang secara formal belajar ilmu kedokteran gigi, di saat yang sama, juga belajar ilmu hukum dan ilmu kesehatan. Ia adalah sosok yang tidak menabukan ilmu eksakta seperti kedokteran dan kedokteran gigi untuk juga menyapa ilmu sosial. Di mata Pak Agung, ilmu yang komprehensif adalah ilmu yang lebih membumi dan bermanfaat untuk menangani berbagai problem yang terjadi di masyarakat.
Dalam perjalanan akademik, Pak Agung sudah mencapai puncak. Pada 10 Mei 2023, Dr. Agung Sosiawan, drg., M.Kes., M.H. dikukuhkan sebagai guru besar di bidang epidemiologi genetik, genetik forensik. Ia disebut-sebut sebagai salah seorang dekan FKG termuda yang pernah dimiliki Universitas Airlangga.
Dalam pidato pengukuhannya sekitar dua bulan lalu, saya melihat Pak Agung tampil tegar. Meski harus menyampaikan pidato di kursi roda dan di leher terlilit busa pengaman, Pak Agung dengan suara yang berat dan besar mampu menyampaikan pidato yang mengesankan. Concern Pak Agung adalah rekonstruksi bibir sumbing.
Anak-anak yang lahir dengan kondisi bibir sumbing, di mata Pak Agung, membutuhkan perhatian khusus dan perlu dipulihkan agar tidak mengganggu perkembangan masa depan anak-anak yang menderita bibir sumbing sejak lahir.
Di mata Pak Agung, bibir sumbing atau celah bibir bukan sekadar kelainan fisik pada wajah, khususnya daerah mulut. Melainkan, hal tersebut juga berhubungan dengan stigma masyarakat yang cenderung memperlakukan penderita sebagai kelompok the other. Penanganan bibir sumbing berkaitan dengan persoalan estetika dan identitas sosial.