Bahrodin tidak curiga karena ia tidak tahu bahwa Sulastri tidak berada di rumah itu. ”Saya kira dia (Desy) bersama ibunyi,” katanya. Toh, juga ada Maryono di rumah sebelah Bahrodin itu.
Lantas, Bahrodin berangkat ke pengajian. Maryono juga berangkat ke pengajian, tapi tidak bersamaan dengan Bahrodin. Entah lebih dulu atau belakangan. Ini masih diselidiki polisi.
Maryono: ”Waktu saya pulang pengajian, Desy dan Totok sudah tidak ada. Saya lihat kamar Desy berantakan. Motor Desy dari kantor juga tidak ada.”
Malam berlalu. Maryono di rumah itu sendirian. Ia tidak khawatir karena menduga Desy pasti bersama Suprapto, entah menginap di mana.
Kamis dini hari, 6 Juli, Suprapto sudah menjemput Sulastri di Blitar, mengajak pulang ke Kediri. Naik motor Honda Beat milik Desy.
Mereka tiba di rumah Kediri saat hari masih pagi, sekitar pukul 07.00 WIB. Sulastri bertanya ke Maryono, di mana Desy? Maryono juga bingung. Kan semalam, sebelum Maryono berangkat ke pengajian, Desy bersama Suprapto.
Suprapto juga ada di pembicaraan bertiga itu. Suprapto segera menjawab:
”Tenang saja. Desy dapat kerjaan lebih enak di Lamongan. Dia sudah di sana.”
Maryono dan Sulastri bengong. Informasi itu hal baru buat mereka. Mereka mengaku belum pernah mendengar rencana Desy pindah kerja, apalagi di Lamongan. Berjarak sekitar 140 kilometer dari Kediri.
Namun, karena yang berkata itu adalah ayah kandung Desy, Maryono dan Sulastri tidak banyak protes. Apalagi, disebutkan Suprapto, kerjaan Desy lebih enak. Bersyukur.
Belum hilang kekagetan Sulastri dan Maryono, tahu-tahu Suprapto mengemasi pakaian Desy di kamar. Pakaian itu dimasukkan ke tas besar milik Desy. Bergerak cepat.
Sulastri ke Suprapto: ”Lho, mau dibawa ke mana?”
Suprapto: ”Ya, Desy kan butuh pakaian. Akan saya bawakan ini ke Lamongan.”
Sulastri dan Maryono heran. Bingung abis. Tapi tidak protes. Mereka masih sulit mengalkulasi waktu, mereka-reka kronologi.
Di antaranya, kapan Desy berangkat ke Lamongan? Mengapa Desy tidak langsung membawa pakaian? Mengapa Desy tidak pernah cerita soal pekerjaan di Lamongan? Mengapa Desy keluar dari pekerjaan sekarang?
Di saat Maryono dan Sulastri di ambang antara bingung dan percaya, Suprapto berpamitan. ”Maaf, saya harus buru-buru karena Desy butuh pakaian ini.”