Penularan hepatitis B disebabkan oleh transfusi darah yang tercemar virus. Cairan tubuh, atau sex tanpa pengaman juga termasuk. Kedua, penggunaan jarum suntik, jarum tato, dan berbagi narkoba suntik yang terdapat virus. Ketiga, ditularkan melalui ibu hamil kepada bayinya. Hal itu karena virus menular melalui proses persalinan.
Vaksin terhadap virus hepatitis B dapat mencegah terjadinya penularan.
BACA JUGA: Hepatitis Akut Belum Terdeteksi di Jatim
Hepatitis C
Hepatitis C juga termasuk dalam golongan hepatitis kronis. Gejala yang dialami penderita mulanya ringan. Namun, lama kelamaan menjadi hepatitis kronis.
Hepatitis C dapat menyebabkan rusaknya hati dan komplikasi yang lebih serius.
Penularannya pun sama seperti hepatitis yaitu melalui jarum suntik yang dipakai bersamaan. Penularan melalui hubungan seksual juga bisa, tapi jarang terjadi.
Sayangnya, vaksin terhadap virus hepatitis C masih belum ditemukan sampai sekarang.
Hepatitis D
Hepatitis D bisa dibilang penyakit yang jarang ditemukan. Penularan hanya terjadi melalui virus hepatitis B. Maka, penyakit hepatitis D hanya ditemukan pada penderita hepatitis B. Sebab, virus hepatitis D berkembang biak dengan bantuan virus hepatitis B.
Vaksin hepatitis D sama dengan vaksin hepatitis B. Artinya, vaksin hepatitis B dapat mencegah dua penyakit sekaligus yaitu hepatitis B dan D.
BACA JUGA: WHO dan Kemenkes Teliti Penyebaran Hepatitis Akut, Asrama dan Pondok Pesantren Perlu Waspada
Hepatitis E
Hepatitis E sering dialami masyarakat negara berkembang, termasuk Indonesia. Penularannya pun sama seperti penularan hepatitis kebanyakan.
Dimulai dari mengonsumsi air dan makanan yang mengandung virus. Juga mengonsumsi daging setengah matang bahkan mentah secara terus menerus. Atau, melakukan transfusi darah yang mengandung virus.
Vaksin terhadap virus hepatitis E ada, namun jumlahnya masih sedikit. Namun, kini vaksin itu dalam proses pengembangan lebih lanjut. (Wehernius Irfon)