Semua orang akan kembali ke ‘rumah’ masing-masing. Termasuk seluruh warga nahdliyin dipastikan memilih Muhaimin dan PKB. Menurutnya, Prabowo juga butuh sosok cawapres yang ideologis seperti Gus Muhaimin. “Kalau memilih figur yang pragmatis, maka Prabowo akan mengulangi kekalahan lagi,” tandasnya.
Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia Djayadi Hanan mengatakan, Muhaimin hanya punya tiga pilihan. Pertama, memang menjadi pasangan dari salah satu capres. Tetapi, jalannya memang cuma dua: sabar atau segera ambil sikap.
“Mana yang duluan nawarin antara Prabowo atau Ganjar. Masalahnya, saya tidak yakin bakal ada yang duluan nawarin,” ujarnya. Buktinya, PDIP sampai saat ini punya lima nama yang masuk radar cawapres. Selain Muhaimin, ada Sandiaga Uno, Erick Thohir, Andika Perkasa, dan AHY.
Atau Cak Imin memang bersabar menunggu Prabowo. Tarikan kepada Gerindra ini jelas amat besar. Mengingat hubungan keduanya erat sejak 11 bulan belakangan. Dan tanpa PKB, koalisi Gerindra pun terancam buyar.
Selain itu, Djayadi melihat Jokowi punya peran besar dalam percaturan partai politik hari ini. Misalnya, PAN yang mulai mengusung Erick Thohir. Itu memungkinkan merapat ke Prabowo melalui Jokowi.
“Atau Jokowi juga bisa melamar Cak Imin langsung,” tuturnya. Entah dipasangkan dengan Ganjar Pranowo atau Prabowo. Tapi, bisa saja tidak diangkat sebagai cawapres. Tentu, yang terakhir itu akan menjadi masalah.
Maka, pilihan yang ideal bagi PKB adalah berkoalisi dengan Gerindra. Sebab bisa dipastikan Cak Imin mendapat peran yang lebih besar. Terutama bila dibandingkan bergabung dengan PDIP. “Dari sisi presidential threshold, PKB ibaratnya jadi separo napas bagi Gerindra. Tapi, lagi-lagi ada faktor Jokowi yang belum tahu akan ke mana,” ungkap Djayadi. (*)