Aktivitas media sosialnya menginspirasi banyak orang untuk mengejar impian mereka dan menyebarkan pesan positif.
BACA JUGA:Liga Pro Arab Saudi: Cristiano Ronaldo, Jordan Henderson, Karim Benzema Hanya Permulaan
BACA JUGA:Pembagian Grup AFF dan Jadwal Timnas Indonesia vs Timnas Malaysia
Namun, bersama dengan kesuksesan dan sorotan media datanglah tantangan. Baru-baru ini, Boland terjerat dalam kontroversi yang melibatkan tuduhan peniruan suara dalam percakapan telepon dengan bintang sepak bola terkenal, Cristiano Ronaldo.
Klub sepak bola Al-Nassr mengajukan tuntutan hukum terhadap Boland, menuduhnya menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) dalam panggilan tersebut.
Boland dengan tegas membantah tuduhan tersebut, dan kasus itu menjadi sorotan utama media di Timur Tengah.
Ilustrasi Artificial Intellegence-Pixabay-Pixabay
Kehebatan Kecanggihan AI dalam Menirukan Suara Manusia
Kontroversi baru-baru ini yang melibatkan Halima Boland memperhatikan kemampuan luar biasa kecerdasan buatan (AI) dalam menirukan suara manusia.
Penggunaan AI untuk menirukan suara, yang juga dikenal sebagai sintesis suara atau kloning suara, menjadi teknologi canggih yang menimbulkan rasa ingin tahu sekaligus kekhawatiran.
Peniruan suara berbasis AI melibatkan pelatihan model pembelajaran mesin dengan sejumlah besar data suara dari orang yang dituju.
Model tersebut belajar dari nuansa pola bicara, intonasi, dan ekspresi orang tersebut, memungkinkannya menghasilkan ucapan yang terdengar sangat mirip dengan suara asli orang tersebut.
BACA JUGA:Inilah Tiga Calon Pelatih Baru Persebaya, Siapa Saja Mereka?
BACA JUGA:Peringatan 78 Tahun Bom Atom, Masyarakat Nagasaki Serukan Perdamaian
Meskipun sintesis suara AI menunjukkan potensi yang besar dalam berbagai aplikasi, termasuk asisten suara dan hiburan, teknologi itu juga memunculkan keprihatinan etika.
Ronaldo dan istrinya Georgina tinggal di Arab setelah CR7 bergabung dengan Al Nassr. -Instagram/Georginagio-